Sabtu, 27 April 2013

ARTIKEL



Sekitar dekade 50-an, khususnya masyarakat Amerika dan Eropa, menyebut setiap tulisan dalam media cetak dengan sebutan article. Saat itu tidak ada perbedaan yang berarti antara tulisan opini, feature, mterpretative, news, esai, straight news, sport news dan hard news.


Belakangan, pengertian artikel menjadi semakin terfokus. Beberapa pengertian itu diantaranya :
Dalam Ensiklopedia Pers Indonesia (Gramedia, 1991:14) dan dalam ensiklopedia Indonesia (Ichtiar Baru, 1984:273) disebutkan bahwa artikel adalah karangan prosa dalam media masa yang membahas pokok masalah secara lugas. Dari segi bentuk tak berbeda dengan esai namun ia bukan esai karena sifatnya tidak pribadi dan cakupnya sangat luas. Terlebih artikel tidak terlalu memperhatikan keindahan bahasa dan bentuk. Panjangnya bervariasi, dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan atau fakta dengan tujuan meyakinkan, membujuk, menghibur pembaca. Yang penting dalam artikel adalah isi yang benar dan aktual, susunanya rapi, dan hemat dengan kata-kata.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:49) disebutkan bahwa artikel adalah karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya.
Andrian Room dalam Dictionary of ChangesMeaning (London, 198:28) mengatakan bahwa artikel mula-mula berasal dari bahasa inggris abad ke tiga belas dalam Clause of TheApostles dengan arti yang sama dalam Tiga Puluh Sembilan Artikel yang termasuk dalam doa gereja inggris. Pada abad ke empat belas, artikel berarti saat ata kejadian yang tepat pada waktunya sebagaimana yang terdapat dalam The Article of Temptation dan The Article of Necessity.
Sedangkan pada abad ke lima belas artikel sering kali digunakan dalam hal perniagaan dan perdagangan.
Pada konteks inilah seorang Shakespeare dalam Hamlet (1602) mengatakan bahwa gagasan adalah jiwa dari artikel.
Dalam The America Heritage Desk Dictionary (Boston, 1981:59) dikatakan bahwa artikel adalah bagian tulisan non fiksi yang berbentuk bebas, bagian dari penerbitan seperti laporan dan esai.
Dalam Longman Pitman Office Dictionary (1989:41) dikatakan artikel adalah sebuah tulisan prosa non fiksi, berbentuk biasa, bagian bebas dari sebuah majalah, koran, dan lain-lain.
Dalam Essential English Dictionary (London, 1989:39) dikatakan bahwa artikel adlah tulisan lengkap dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya.
            Dalam Webster’s Collegiate Thesaurus (Massachusets-USA, 1988:47) diteangkan bahwa artikel adalah karangan, catatan, kritik, manifes, reportase, putusan, pelajaran, survey.
            Dalam Webster’s New World Dictionary (New York, 1990:26) dikatakan bahwa artikel adalah tulisan non fiksi, biasanya singkat dan lengkap seperti berita karangan khas dalam surat kabar, majalah.
            Dalam Penguin English Student Dictionary (1991:31) disebutkan bahwa artikel adalah sebuah tulisan yang ditulis untuk dipublikasikan dalam surat kabar atau majalah.
            Sedangkan menurut Rillan E. Wolseley meyakinkan, dalam understanding Magazines (Iowa, 1969:439) artikel adalah karangan tertulis yang panjangnya tak tentu bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud meyakinkan, mendidik atau menghibur.
            Dalam teknik penulisan feature (Gramedia, 1994) Andi Baso Mappatoto (dengan mengutip pendapatnya Malvin L. DeFleur, Stephen Engleberg, dan Geordie Greig) merumuskan artikel sebagai:
1. karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya
2.    tulisan non fiksi, biasanya singkat dan lengkap, seperti berita dan karkhas (karangan khas) dalam surat kabar atau majalah.
3.    karangan tertulis yang panjangnya tak tentu bertujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud untuk meyakinkan, mendidik, atau meghibur.
A.   Ide Dalam Artikel
Sebuah tulisan pada dasarnya merupakan ungkapan ide atau gagasan yang dituangkan kedalam bentuk untaian kata, kalimat dan paragraf, yang dikemas berdasarkan kerangka berfikir dan analisis tertentu, dengan gaya bahasa yang mudah dipahami.
Ide dasar bisa berasal dari pengalaman sendiri, fenomena yang muncul ditempat bekerja, lingkungan, dari buku atau sumber bacaan lainnya, atau dari hasil perenungan sendiri. Baru kemudian disimpulkan, apakah masalah itu penting kita kemukakan?
Setelah pokok permasalahan itu di-ketemukan, kemudian dianalisis berdasarkan kerangka tertentu, baik menggunakan kerangka berpikir induksi atau deduksi. Dari persoalan yang bersifat umum ke khusus, atau justru dari yang bersifat khusus ke yang bersifat umum.
Kecakapan teknis dalam menyusun kata kalimat dan paragraf sama pentingnya dengan kecakapan mendiagnosis dan menganalisis persoalan yang kita angkat.
Sedangkan model penulisan, biasanya dikenal ada tiga, yakni tulisan yang berbentuk naratif, deskriptif, dan model argumentatif.
Namun perlu dicatat, dalam dunia artikel, hingga kini tidak ada patokan yang baku terutama menyangkut gaya penulisan sebab masing-masing penulis tentunya mempunyai gaya,ciri, dan karakter tertentu dalam proses kreatif menulis hanya saja, secara subtantif,ada empat pokok penting yang patut diketahui ketika hendak menulis sebuah artikel. Pertama, sumber-sumber subyek persoalan. Kedua, ide-ide segar dan informatif. Ketiga, fakta yang bisa dipercaya dan aktual. Keempat, gaya penulisan yang memikat.
B.   Langkah-langkah Menulis Artikel
1. Meracik Judul
         Sering kita temui sebuah problematika: sebuah tulisan selesai dibuat namun kerapkali seorang penulis kesulitan membuat judul. Artinya, tidak jarang judul dibuat setelah sebuah tulisan dibuat. Atau sebaliknya, judulnya sudah ada namun ” mentok ” tidak bisa menjabarkannya.
        Sebagai bagian dari sebuah proses hal itu memeng lazim terjadi.karena itulah, keterampilan meracik judul merupakan salah satu tuntutan yang harus dikuasai seorang calon penulis. Sebab, judul, untuk sebuah tulisan, merupakan hal pertama yang akan dibaca. Maka dengan demikian, harus terus dipupuk keterampilan ini dengan cara melatih diri membuat judul.
        Judul, dengan demikian, menjadi penting bagi penulis agar fokus perhatiannya tidak merambah kemana-mana. Ini perlu dicamkan karena ketika proses menulis dilkukan, terkadang, secara tiba-tiba, seorang penulis ”diganggu” oleh tema atau topik lain, yang pada akhirnya akan memecah konsentrasi. Akibatnya, proses menulis tidak selancar sebagaimana yang diharapkan.
         Judul harus menjadi bagian pertama yang berfungsi sebagai ”pemancing” (berdaya-pikat) bagi calon pembaca. Judul harus menggambarkan (mewakili) keseluruhan sebuah tulisan. Karena judul merupakan etalase pertama untuk sebuah tulisan maka sekali lagi judul harus dapat menjadi mangnet atau memiliki gaya gugah bagi setiap calon pembaca. Judul harus memiliki kekuatan agar calon pembaca menjadi tertarik dan berhasrat membca tulisan yang disajikan.
         Berhubung judul merupakan bagian integral dari sebuah tulisan maka kita pun harus paham bahwa tulisan harus memiliki ”jiwa” atau memiliki kekuatan. Tulisan tanpa jiwa ibarat manusia tanpa ruh.

     2.   Meramu Intro
           Intro atau lead atau alinea pertama atau paragraf pertama dalam sebuah tulisan, merupakan bagian yang biasanya paling sering dibaca setelah judul. Itulah sebabnya mengapa kemampuan meramu intro dalam sebuah tulisan demikian penting.
           Langkah berikutnya, yang harus dikuasai oleh setiap calon penulis adalah kemahiran meramu intro. Sebab, kalau judul sebuah tulisan sudah menarik minat calon pembaca, biasanya sang calon pembaca akan membaca paragraf pertama (intro) dari tulisan itu. Jika alinea pertamanya dirasa menarik biasanya tulisan itu akan dibaca.
Macam intro (bahkan untuk alinea-alinea berikutnya) yang lazim digunakan adalah :
a.    Intro Deduktif
b.    Intro Induktif
c.    Intro Induktif –Deduktif
d.    Intro Ringkasan
e.    Intro Deskriftif
f.     Intro Kutipan
g.    Intro Naratif
h.    Intro Pertayaan
i.      Intro pemantik
3.   Mengelola Tubuh
            Tubuh sebuah tulisan merupakan penjabaran atas apa yang tersurat (atau bahkan yang tersirat) dari judul atau intro. Maksudnya kalau judul bercertita tentang ”rasa jenuh”, maka intro dan tubuh tulisan pun harus konsisten membicarakan soal ”rasa jenuh”. Konsistensi terhadap persoalan agar tetap fokus, untuk itu anda harus membuat anatomi alur pemikiran.
Ada skema yang akan membantu anda agar tetap fokus pada persoalan: gunakanlah pohon faktor! Seperti pada tema sentral kemudian ”dipecah” rmenjadi beberapa tema. Dan tema sendiri kemudian ”dipecah lagi” menjadi beberapa subtema. Begitu seterusnya, sehingga kalau digambarkan tampak seperti gambar pohon faktor. Beberapa tema dan subtema ini kemudian akan membantu (menjadi semacam pemandu) anda dalam membuat untaian kalimat kedalam beberapa paragraf. Sedapat mungkin tubuh tulisan harus menjabarkan secara dialektis apa yang hendak dikemukakan oleh penulis, secara runut, argumentatif  obyektif, dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Tubuh tulisan yang terdiri dari gabungan beberapa paragraf dimana masing-masing paragraf berisi sebuah tema (atau subtema) bahasan, hanya akan menjadi manakala penulisanya memiliki pengetahuan yang luas dengan ragam khazanah informasi. Tanpa refrensi yang memadai, sebuah tubuh tulisan akan sulit dibuat. Itulah sebabnya, bukan saja si penulis harus menguasai betul persoalan yang ditulisnya, tetapi juga harus didukung oleh berbagai cakrawala pengetahuan dan informasi yang bisa disajikan referensi guna menghidupkan sebuah tulisan. Dalam bahasa lain,  kebiasaan membaca dari seorang penulis akan menentukan tingkat ” kehidupan” sebuah tulisan.

  4.  Menggagas Ending
            Sebuah tulisan memang harus ditutup sememikat mungkin. Artinya, anda harus tahu betul kapan sesunguhnya sebuah tulisan harus diakhiri. Tidak ada aturan baku untuk sebuah penutup tulisan. Bisa berupa kesimpulan, atau sebuah pertanyaan susulan, atau mungkin saran. Karena hingga buku ini dibuat tidak ada aturan baku bagaimana membuat sebuah ending maka cara yang paling mungkin dilakukan oleh setiap calon penilis adalah dengan mempelajari berbagai ending dalam setiap artikel yang dibacanya.
            Sebuah ending bisa dimanfaatkan sebagai moment untuk menggugah ingatan para pembaca akan pernyataan yang kita buat sehingga setiap pembaca menjadi tahu bahwa gagasan, peryataan, atau hipotesis itu merupakan buah pikiran kita selaku penulis. Penutup disini lebih berkonotasi sebagai semacam catatan khusus sehingga, alangkah baiknya, apabila kemudian mengantarkan para  pembaca kepada alam kebebasan dalam mengapresiasi tulisan yang kita buat.
   Mengantarkannya kedunia imajinasi, atau boleh jadi juga, mengantarkan pembaca kepada gerbang sesuatu yang baru yang membangkitkan kretifitas berfikirnya.

5.   Editing
            Editing atau dalam istilah lain penyuntingan, merupakan sebuah proses yang seyongianya dikuasai oleh seorang (calon) penulis. Dalam dunia tulis menulis ada ungkapan, sebelumnya tulisan yang kita buat diedit oleh orang lain maka kita sebaiknya menjadi pihak pertama yang menjadi editor untuk tulisan yang kita buat. Memang, ada ilmu tersendiri untuk melakukan editing. Namun sebagai pengetahuan awal, bisa dikatakan bahwa editing merupakan proses penyempurnaan dari sebuah naskah tulisan, baik dari sisi teknis maupun non teknis.
            Dalam sebuah proses penyuntingan yang harus diutamakan adalah:  
a.    Penyuntingan esensi (content) tulisan.
Penyuntingan esensi ini menyangkut: kedalam makna dan obyektivitas isi   sebuah tulisan. Apakah esensi tulisan yang sudah dibuat memang memilki makna yang bisa bermanfaat (ada hal-hal baru) yang patut diketahui para pembaca atau sebaliknya? Isi tulisan harus tidak berpihak alias obyektif rasional dan argumentatif.
b.    Penyuntingan teknis.
Penyuntingan secara teknis ini menyangkut: apakah bahasa yang digunakan bisa sampai kepada pembaca atau tidak?
Apakah sistematika tulisan sudah sesuai dengan kaidah atau standar  bahasa indonesia yang baik?
Apakah secara keseluruhan naskah tulisan sudahn jadi satu kesatuan yang utuh atau tidak?
Logika paragraf yang digunakan, apakah sudah memenuhi kaidah SPOK (subjek, predikat, objek), penggunaan tanda baca yang tepat, dsb. Logika bahasa dan alur narasi yang dibuat sudah pada tempatnya atau belum? Perhatikan dengan seksama, apakah ada salah mengetik huruf atau tidak, salah mengetik tanda baca atau tidak? Salah menulis nama orang, nama tempat, atau tidak? Dan seterusnya.

6.      Mengirimkan Tulisan
               Proses berikutnya, setelah sebuah tulisan selesai diedit adalah mengirimkanya kemdia massa yang kita kehendaki. Namun sebelum itu, harus diketahui terlebih dahulu, ke mana tulisan yang kita buat akan dikirimkan. Hal ini penting sebab setiap koran atau majalah memiliki karakter dan sagmentasi pasar tersendiri. Kita harus paham betul,tulisan yang kita buat cocoknya dikirim ke media mana. Alangkah baiknya Anda mengenal siapa penangungjawab rubriknya. Sambil bersilahturahmi Anda bisa mencari masukan dari penanggungjawab ruplik tersebut. Tetapi bisa juga mengirimkanya melalui pos atau faksimili (bahkan di antaranya bisa melalui e-mail).
               Apabila kita hendak mengirimkan sebuah naskah tulisan kepada sebuah media massa, maka yang harus diperhatikan adalah:
a.    Kenali karakter (gaya) penulisan media massa yang hendak kita kirimi tulisan. Hal ini penting diketahui agar tulisan yang kita kirimkan tidak salah sasaran. Terutama karena masing-masing media cetak biasanya memilki gaya selingkung yang berlainan.
b.    Kenali segmentasi pasar media massa tadi. Hal ini dikarenakan bahwa masing-masing media massa (cetak) memilki target market tertentu. Artikel yang mengangkat tema remaja lebih baik dikirimkan kepada media yang memang segmen pasalnya para remaja. Begitu juga dengan artikel dengan tema politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, kriminal, seyogianya dikirimkan kepada media massa yang sesuai dengan orientasi pasarnya.
c.      Usahakan tahu nama penanggung jawab rubriknya agar lebih muda kepada siapa artikel yang kita buat ditujukan. Maka yang penting tercantum dalam amplop adalah: tulian yang kita buat ditujukan untuk rubrik apa.
d.    Cantumkan nama rubrik di sudut kiri atas amplop. Jangan lupa tulis nama pengirim dan alamat yang jelas.
e.    Jangan lupa pula menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada desk/redaktur yang tepat (contoh surat pengantar, terlampir).
f.       Sertakan pula copy Kartu Identitas diri.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar