Sabtu, 27 April 2013

KALIMAT EFEKTIF



Kalimat di katakakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan,gagasan,perasaan  maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik,yaitu strukturnya benar,pilihan katanya tepat,hubungan antarbagiannya logis,dan ejaanya pun harus benar.


Dalam hal ini hendaknya di pahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh.kalimat yang di pandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu di pandang efektif jika di pakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang di ucapkan kepada tukang becak,” berapa, bang, ke pasar rebo?”kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap.”Berapa saya harus membayar, bang, bila saya menumpang becak abang ke pasar rebo?”
Yang perlu di perhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay,artikel,ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya di sadari bahwa susunan kata yangtidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna,dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif.
Konsep kalimat efektif di kenal dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Dalam hubungan ini, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang di sampaikan dan di terima itu mungkin berupa ide, gagasan, pesan, pengertian dan informasi. Kalimat di katakana efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung denagan sempurna.
     
A.  Unsur-Unsur kalimat
Dilihat dari sudut unsur struktur, kalimat terdiri dari unsur yakni berupa kata. Unsur itulah yang bersama-sama dan menurut system tertentu membangun struktur itu.
1.  Subyek
Subyek adalah unsur yang di perkatakan dalam kalimat.
Contoh :
      Aku adalah seorang artis.
2.  Prediket
Kata yang dalam sebuah kalmat berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subyek itu di sebut prediket.
Contoh:
Aku sebetulnya seoarang artis
3.   Pelengkap
Sering kali prediket sebuah kalimat harus di lengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Unsur pelengakap biasanya berada di belakang prediket.
Contoh:
Aku tidak menyukai pekerjaan itu.
4.  Kata Perangkai                                  
Unsur ini berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur prediket, atau dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Contoh:
Kegemaranku ialah menulis dan melukis.
5.  Kata Penghubung
Kata penghubung berfungsi menghubungkan dua buah informasi di dalam satu kalimat.
Contoh:
Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan besar darinya.
6.  Frase
Merupakan sebuah kelompok kata dan seringkali berfungsi sebagai keterangan prediket untuk keperluan-keperluan tertentu. Misalnya, keterangan waktu,tempat, sebab dan lain sebagainya.
Contoh:
Rapat akan di lakukan lagi sehabis makan siang.

B.     Kalimat Dengan Beberapa Pola Kesalahan
 Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan sertaperbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif:
1.  Penggunaan dua kata yang sama artinya.
a.   Sejak dari usia delapan tahun ia telah di tinggal kan ayahnya.
      (Sejak usia delapan tahun ia telah di tinggalkan ayahnya.)
b.  Hal itu di sebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang 
     menyenangkan.
     (Hal ini di sebabkan perilakunya sendiri yang kurang
     menyenangkan.)
c.  Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan
     hidup.
     (Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)

2.  Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku:
a.   Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
      (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
b.  Gereja itu di lola oleh para rohaniawan secara professional.
      (Gereja itu di kelola oleh para rohaniawan secara professional.)

3.  Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ yang tidak tepat
a.  Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.
     (Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik)
b. Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.
               (Rumah sakit tempatorang-orang mencari kesembuhan harus         selalu bersih).
4.  Pilihan kata yang tidak tepat.
a.  Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri
 untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
5.  Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti.
a.  Sopir bus santoso yang masuk jurang melarikan diri.
    (Bus santoso masuk jurang,sopirnya melarikan diri.)

   6.  Pengulangan kata yang tidak perlu:
 a.  Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun
            (Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku)
     

C.     Membuat kalimat efektif
Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu.
Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:
1.  Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang berlebihan, yang sebenarnya tidak perlu.
Contohnya:
- Banyak tombol-tombol yang dapat anda gunakan.
  Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat anda gunakan.

2.  Kontaminasi
Contoh:
- Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat ini seharusnya: Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3.  Salah pemilihan kata
Contoh:
      -  Saya mengetahui kalau ia kecewa
    Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa

4.  Salah Nalar
-  Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola idak masuk gawang

5.  Kata depan yang tidak perlu
Contoh:
Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Seharusnya: Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

C.   Ciri-ciri kalimat efektif
1.  Kesatuan Gagasan
Memiliki subyek, prediket, serta unsur lain (O\K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yangdapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak di dukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsure itu merupakan keterangan di tanda oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus di hilangkan).

2.     Kesejajaran
Penggunaan bentukan kata atau frasa berimbuhan yang memiliki kesamaan (kesejajaran) baik dalamfungsi maupun bentuknya.
Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di-pula.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara prediket-prediketnya. Yang satu menggunakan prediket aktif,yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan prediket pasif,yakni imbuhan di-. Kalimat itu harus di ubah.
a.       Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
b.      Anak itu di tolong kakak dengan di papahnya ke pinggir jalan
3.  Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata-kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.

Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat di sukainya.
  
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu.
Dalam kata mawar, anyelir, dan melati terkandung makna bunga.

Seharusnya : Mawar, aynelir, dan melati sangat di sukainya

4.  Penekanan
Kalimat yang penting harus di beri penekanan.
Caranya:
a.  Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan
     bagian  yang penting di depan kalimat.
-   Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
-          Pada kesempatan lain,kami berharap kita dapat    membicarakan lagi soal ini.
 b.  Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat   menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
-                      Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam hal ini.
-                      Kami pun turut dalam kegiatan itu.
-                      Bisakah dia menyelesaikannya?
 c. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh:
Dalam membina hubungan antar suami istri, antar guru dan murid, antara tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat,di perlukan adanya komunikasi dan sikap saling percaya memahami antara satu dan lainnya.
                      
5.  Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah di pahami. Dalam hubungan ini unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis / masuk akal.

Contoh:
Waktu dan tempat kami persilakan.
Kalimat ini tidak logis / masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat di persilakan.kalimat tersebut harus di ubah.
Jadi, proses mamindahkan sesuatu mungkin dapat di beri nama secara lebih tepat dengan memilih salah satu di antara kata-kata di atas. Kalau obyeknya sebuah bola, terjadi dalam sebuah bola, itu namanya mengarak, bukan membawa atau melarikan.

a.   Hindarkan kata yang klise
Kata klise adalah kata yang kadang-kadang agak sukar di mengeti sehingga sering menimbulkan problem. Peranan kata klise ini besar untuk membuat kalimat kurang efektif, kecuali agaknya pada tempat yang sunggu-sungguh istimewa dan dengan cara yang istimewa pula.
Contoh : Bapak kok gembira sekali, penaka baru terima gaji saja. Dalam hal ini, pembaca akan merasa lebih akrab bila kata penaka.

b.   Konotasi dan Denotasi
Kata yang bersifat Denotasi lebih bersifat rasional dan konatasi lebih bersifat emosional. Kata setan, iblis, malaikat, bisa mempunyai arti denotative dan bisa pula konotatif,tergantung pada ada tidaknya unsur emosi dan sikap tertentu yang diberikan pada kata itu.

 c.  Kata yang tidak familier
Kata yang tidak familier itu pada umumnya adalah istilah asing atau kata yang berasal dari daerah. Pemakaian kata yang familier di kalangan umum, besar pengaruhnya terhadap tenaga sebuah kalimat.lebih-lebih kalau jumlahnya banyak. Tenaga kalimat bisa lemah karenanya. Kaya itu bisa membuat pembaca bosan,terutama kalimat itu menjadi kabur akibat kata tersebut.
                                         
D. Pola Yang Efektif
Pola yang efektif sebenarnya tidak ada. Yang ada cara ialah cara yang efektif dalam mengisi pola itu, guna merangkai maksud yang jelas.Dan cara yang   efektif itu akan melahirkan kalimat yang efektif pula.
Unsur-unsurnya :
1.  Paralelisme
Dalam kalimat yang efektif, gaya paralelisme menempatkan unsure yang setara dalam konstruksi yang sama. Konstruksi yang selarian dan sejalan itu biasanya menempatkan diri dalam hal-hal berikut: sama-sama berbentuk kata kerja, sama-sama berbentuk kata benda.kalau berawalan me sama-sama berawalan me.

Contoh:
Yang di lakukannya selama ini di kampong hanya mengurus pusaka,menyudahkan sawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan nenek.

2.  Repetisi
Kekuatan sebuah kalimat dapat pula di bangkitkan dengan mengulang sebuah kata yang di anggap penting dalam bagian kalimat.
Contohnya:
Mengarang sebuah buku agama berbeda syaratnya dengan mengarang buku cerita fiksi, sedang mengarang untuk surat kabar berlainan ketentuannyadengan mengarang syair.
3.  Inversi
Seringkali kalimat efektif dapat di ysahakan dengan membalikkan pola dasarnya. Kalau struktur biasa punya urutan subyek + prediket, maka dalam bentuk inverse jadi terbalik: prediket+subyek. Inversi termasuk sejenis gaya kalimat. Tujuanya sepeti juga tujuan gayakalimat yang lain ialah untuk memberikan efek yang lebih besar. Terjadinya bentuk inversi boleh jadi karena ingin memberi variasi, agar kalimat tidak terlalu menoton.
Contoh:
Besar rumah itu
Roni terkilir kakinya waktu bermain bola.

4.  Posisi Frase dan Klausa
Posisi sebuah frase maupun klusa ada kalanya mempengaruhi sebuah kalimat. Sebuah frase atau klausa tang di taruh belakang sebuah kalimat, pengaruhnya akan lain daripada menaruhnya di bagian depan.
Contoh:
Harta bendanya di sita lantaran utangnya banyak di bank.
Lantaran uatangnya banyak di bank, harta bendanya di situ.
E.  Kalimat Bervariasi
Kalimat yang efektif itu bervariasi. Di dalam sebuah alinea, kalimat yang bervariasi itu merupakan “ santapan” yang menarik. Kalimat itu dapat meriangkan pembaca, bukan saja karena memahiminya mudah, tetapi karena sifatnya yang menyenangkan.
Jadi, variasi itu sangat penting. Bukan saja dalam kalimatkarya tulis, tapi juga dalam kehidupan pada umumnya; variasilah yang membuat segala sesuatunya terasa indah dan nikamat.

1.       Variasi dalam cara memulai
Kalimat pada umumnya dapat di mulai dengan: subyek, prediket, sebuah kata modalitas, sebuah frase, sebuah klausa dan penekanan yang efektif. Penulis yang berpengalaman, pintar sekali menggunakan kalimat-kalimatnya bervariasi. Mereka bukan hanya berisi kalimat yang di mulai dengan subyek atau kata modalitas, prediket, dan sebagainya, akan tetapi mereka beri bervariasi.

2.     Variasi dalam panjang-pendek kalimat.
Variasi kalimat bisa pula di usahakan dengan sekaligus mempekerjakan kalimat pendek dan kalimat yang agak panjan. Di sini kalimat singkat dan kalimat panjang mempunyai nilai tersendiri. Kedua jenis ukuran kalimat itu mesti bekerja sama. Lagi pula baik kalimat singkat maupun kalimat panjang punya fungsi tertentu dalam alinea.
                                            
3.           Variasi dalam Struktur kalimat
Adanya berbagai struktur kalimat dalam sebuah alinea juga besar artinya di lihat dari sudut variasi. Alinea yang demikian biasanya lebih menyenangkan, tidak seperti membaca alinea yang struktur kalimatnya sama semua. Karangan yang efektif mencerminkan keragaman struktur kalimat.

4.           Variasi dalam jenis kalimat
Dengan menggunakan berbagai jenis kalimat, anda juga dapat menghasilkan variasi. Itulah sebabnya mengapa penulis yang berpengalaman tidak menggunakan satu jenis kalimat saja dalam karangan mereka.
Patut di ketahui bahwa berdasarkan fungsinya, Ahli-ahli tata bahasa membedakan kalimat atas empat jenis. Pertama, kalimat yang berfungsi memberitahukan sesuatu, di sebut kalimat berita. Kedua, kalimat yang fungsinya menyatakan kehendak, harapan,dan sebagainya, di sebut kalimat pinta. Ketiga ,kalimat  yang menyatakan pertanyaan, di namakan kalimat Tanya. Keempat, kalimat yang menyatakan perasaan yang kuat, bernama kalimat seru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar