A.Biosfer dan Makhluk Hidup
- Biosfer
Biosfer adalah zona tipis di bumi dan di atas
permukaan bumi yang tidak lebih dari 20 km tebalnya. Sampai saat ini, bumi
merupakan satu-satunya tempat di alam dunia yang diketahui terdapat kehidupan
dan tempat makhluk hidup melangsungkan segala aktivitas hidupnya. Makhluk hidup
itu selalu berinteraksi dengan lingkungannya, yang terdiri dari lingkungan tak
hidup (abiotik) dan lingkungan hidup (biotik).
Biosfer terdiri dari sebagian lapisan atmosfer dan
lapisan kulit bumi. Lapisan atmosfer adalah merupakan lapisan udara di atas
bumi membungkus bumi dengan gas-gas dan terdiri dari 3 lapisan utama:
- Ionosfer : (berada lebih dari 80 km di atas muka bumi).
- Stratosfer : (berada pada 16 – 80 km di atas muka bumi).
- Troposfer : (berada pada 0 – 16 km di atas muka bumi).
Troposfer adalah lapisan yang dinamis, di mana
terdapat uap air yang dapat membentuk awan dan hujan periodik. Sampai saat ini,
baru diketahui bahwa makhluk hidup hanya dapat beraktivitas di lapisan
troposfer ini.
Lapisan kulit bumi terdiri dari dua bagian:
- Litosfer : merupakan bagian yang padat dari lapisan kulit bumi
- Hidrosfer : merupakan bagian yang cari dari lapisan kulit bumi
Seperti diketahui, makhluk hidup tinggal dan
beraktivitas di kedua lapisan kulit bumi tersebut. Jadi makhluk hidup hanya
dapat beraktivitas pada lapisan troposfer dari atmosfer, hidrosfer dan
litosfer. Oleh karena itu, ketiga lapisan tersebut disebut dengan lapisan
biosfer.
2.
Sel Sebagai
Unit Kehidupan
Sel merupakan unit kehidupan, baik dari segi
struktural, pertumbuhan, reproduksi, hereditas dan fungsional. Sel sebagai unit
struktural maksudnya adalah sel merupakan satuan terkecil penyusun tubuh
organisme. Organisme multiseluler, tubuhnya dibangun oleh banyak sel yang
diperoleh dari pembelahan mitosis berulang-ulang sebuah sel tunggal
(monoseluler) yang disebut zigot. Akibatnya organisme mengalami pertumbuhan.
Oleh karena itu dikatakan sel sebagai unit pertumbuhan. Zigot dihasilkan dari
peleburan sel kelamin (sel benih) jantan dan betina. Karena dari sel kelamin
dapat dihasilkan individu baru, sel dikatakan juga sebagai unit produksi.
Masing-masing sel kelamin (sel kelamin jantan dan sel kelamin betina) membawa
materi genetik (genom) sebagai penentu sifat (karakter) yang akan diwariskan
kepada turunannya (individu baru). Sifat oleh karena itu sel dikatakan juga
sebagai unit hereditas. Di dalam masing-masing sel penyusun tubuh makhluk hidup
terselenggara semua aktivitas kehidupan, baik pada organisme uniseluler,
organisme yang selnya bergabung membentuk koloni dan pada organisme uniseluler.
Pada organisme uniseluler, seluruh aktivitas hidup dilaksanakan oleh sel
tersebut. Pada organisme yang berbentuk koloni belum tampak diferensiasi fungsi
yang jelas dari masing-masing sel penyusun koloninya. Sedangkan organisme
multiseluler terdapat diferensiasi fungsi untuk menjalankan aktivitas
kehidupan. Komposisi kimiawi sel yang spesifik, kemampuan melaksanakan
metabolisme, reproduksi, tumbuh menjadi besar, tanggap terhadap rangsang dan
berdaur hidup adalah hal-hal yang membedakan organisme dengan benda mati.
Agar dapat melaksanakan seluruh aktivitas hidup, sel
harus memiliki bagian-bagian utama, yaitu membran plasma, protoplasma (cairan
sel atau sitoplasma dengan seluruh organel-organel sel yang terdapat di
dalamnya), dan nukleus yang mengandung materi genetik (genom).
- Reproduksi Sel dan Makhluk Hidup
- Reproduksi Sel
Reproduksi sel dapat diartikan sel memperbanyak diri,
baik yang terjadi pada organisme tingkat sel (uniseluler) maupun yang terjadi
pada sel-sel penyusun tubuh organisme multiseluler.
Reproduksi sel dapat dibedakan atas: amitosis dan
meiosis. Amitosis adalah pembelahan langsung tanpa melalui tahapan. Pada
amitosis, mula-mula nukleus membelah kemudian diikuti pembagian sitoplasma dari
sel induk, dan dari satu sel induk bisa terbentuk dua sel baru atau lebih. Mitosi
adalah pembelahan sel melalui beberapa tahapan utama yaitu: profase, metafase,
anafase dan telofase. Mitosis ditujukan untuk memperbanyak sel, biasanya
terjadi pada proses pertumbuhan individu dan perbaikan (pengganti) sel-sel
tubuh yang rusak. Pembelahan mitosis akan menghasilkan sel anak yang merupakan
duplikat sel induknya, dimana jumlah dan kandungan kromosom sel anak
dipertahankan sama seperti jumlah dan kandungan kromosom sel induknya, dan dari
satu sel induk dihasilkan dua sel anak. Meiosis adalah pembelahan sel
yang bersifat reduksi dari sel yang diploid menjadi sel haploid (terjadi
penurunan jumlah kromosom sel anak menjadi setengah jumlah kromosom sel
induknya), dan dari satu sel induk menjadi empat sel anak. Meiosis terdiri dari
dua tahap pembelahan yaitu meiosis I dan meiosis II. Meiosis I terdiri dari
profase I yang terbagi lagi menjadi 5 fase yaitu leptonema, zygonema,
pakhinema, diplonema, dan diakinesis. Pada profase I ini terjadi peristiwa crossing
over yang berakibat keragaman genetik pada sel anak (gamet). Akibatnya
variasi individu yang dihasilkan dari peleburan gamet jantan dan gamet betina
sangat banyak. Metafase I, anafase I dan telofase I adalah mekanisme pemisahan
kromosom yang homolog dan menghasilkan 2 sel anak dengan kromatid diad. Miosis
II terdiri dari profase II, metafase II, anafase II dan telofase II dan
merupakan mekanisme pemisahan kromatid diad serta menghasilkan 4 sel anak
dengan kromosom haploid. Meiosis terjadi pada proses pembentukan sel kelamin
pada sistem reproduksi bagi individu yang bereproduksi secara seksual.
- b. Reproduksi Makhluk Hidup
Bagi setiap makhluk hidup, ada saatnya dimana
kemampuan untuk melaksanakan metabolisme, pertumbuhan, dan daya tanggapnya
terhadap rangsang tidak memadai lagi untuk mempertahankan organisasinya yang
rumit terhadap kekuatan-kekuatan lain. Serangan pemangsa, parasit, kelaparan,
faktor lingkungan yang ekstrim, atau proses menua (aging) dapat
mematikan makhluk hidup. Oleh karena itu, sebelum makhluk hidup menghasilkan
individu baru melalui proses reproduksi.
Proses yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk
menghasilkan individu baru (keturunan) dari jenisnya dinamakan reproduksi
(perkembangbiakan). Tujuan reproduksi adalah untuk mempertahankan kelestarian
suatu spesies (jenis) makhluk hidup.
Banyak cara reproduksi yang dilakukan oleh organisme.
Cara-cara reproduksi tersebut dikelompokkan atas: 1) reproduksi aseksual
(vegetatif), dan 2) reproduksi seksual (generatif).
Reproduksi aseksual adalah jenis reproduksi yang
dilakukan oleh suatu organisme dengan melibatkan sel tubuh saja tanpa
melibatkan sel kelamin. Pada hewan, perkembangbiakan seperti ini umumnya hanya
dijumpai pada hewan rendah, misalnya paramaecium, amoeba, dan euglena dengan
membelah diri; hydra dan ubur-ubur dengan bertunas; bintang laut dan planaria
dengan fragmentasi. Pada tumbuhan reproduksi aseksual dilakukan oleh tumbuhan
rendah sampai tumbuhan tinggi; misalnya membentuk spora pada algae dan lumut;
tunas, umbi, rizoma pada tumbuhan tinggi.
Reproduksi seksual adalah perkembangbiakan makhluk
hidup yang melibatkan sel kelamin (gamet). Dengan demikian, yang dimaksud
reproduksi seksual bukan hanya perkembangbiakan melalui perkawinan (peleburan
sel kelamin jantan dan betina) saja, tetapi partenogenesis pun termasuk di
dalamnya. Partenogenesis adalah reproduksi seksual dimana gamet betina (ovum)
tumbuh menjadi embrio tanpa menyatu dengan gamet jantan (sperma).
Partenogenesis ini dijumpai pada lebah, semut, lalat buah, dan lain-lain.
Konyugasi pun dimasukkan ahli ke dalam jenis reproduksi seksual.
Selain reproduksi yang berlangsung secara alami, kita
kenal pula ada reproduksi buatan, baik yang dilakukan secara in vivo
maupun in vitro. Reproduksi buatan biasanya dilakukan oleh manusia untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Misalnya reproduksi buatan yang dilakukan pada
tumbuhan dan hewan ternak.
1) Reproduksi Alami pada
Hewan
Hewan dapat melakukan reproduksi aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual pada hewan sedikit terjadi jika dibandingkan dengan
tumbuhan, dan hanya terbatas pada hewan tingkat rendah, yaitu dengan cara
pembelahan sel, pertunasan (“budding”), dan fragmentasi.
-
Pembelahan: Terjadi pada hewan bersel satu (Protozoa), misalnya amoeba,
paramaecium, dan euglena.
-
Pertunasan (budding): Terjadi pada Hydra sp, ubur-ubur, dan
lain-lain. Keturunan baru berkembang dari tunas yang tumbuh pada tubuh induk.
Pada beberapa spesies, misalnya ubur-ubur dan Hydra sp, tunas akan lepas
dan dapat hidup bebas. Pada koral, tunas tetap terikat pada tubuh induk dan
menyebabkan terjadinya koloni.
-
Fragmentasi: Terjadi pada beberapa jenis cacing (misalnya planaria), bintang
laut, ular, dan lain-lain. Pada beberapa jenis cacing, setelah tubuh mencapai
ukuran normal (dewasa), secara spontan cacing tersebut terbagi-bagi menjadi
delapan atau sembilan bagian. Setiap bagian akan berkembang menjadi cacing
dewasa dan proses ini terulang kembali.
Reproduksi seksual merupakan cara reproduksi pada
hampir semua hewan mulai hewan tingkat rendah sampai hewan tingkat tinggi.
Reproduksi seksual melibatkan kelenjar kelamin (gonad) untuk menghasilkan gamet
jantan (sperma) dan gamet betina (ovum atau sel telur). Pada umumnya reproduksi
seksual terjadi melalui penyatuan sperma dan ovum saat berlangsungnya pembuahan
(fertilisasi), walaupun pada partenogenesis ovum dapat berkembang menjadi
individu baru tanpa fertilisasi. Sperma memiliki bentuk dan ukuran yang jauh
berbeda dengan ovum sehingga disebut heterogamet.
2) Reproduksi Alami pada
Tumbuhan
Sebagaimana yang terjadi pada hewan, tumbuhan juga
melakukan reproduksi aseksual dan seksual. Bedanya, pada tumbuhan, semua
tingkatan mulai dari tumbuhan tingkat rendah sampai tumbuhan tingkat tinggi
mampu melakukan reproduksi aseksual maupun seksual. Pada tumbuhan, fertilisasi
dan meiosis membagi kehidupan individu menjadi dua fase atau generasi, yaitu
generasi gametofit mulai dengan spora yang dihasilkan saat meiosis. Spora ini
haploid dan semua sel yang diturunkannya juga haploid. Diantara sel-sel yang
dihasilkan generasi sporofit mulai dengan zigot yang diploid, semua sel yang
berasal dari sini yang berkembang dengan cara mitosis juga diploid.
Akhirnya sel-sel tertentu akan menjalani meiosis sehingga terbentuk
spora-spora, pertanda dimulai kembali generasi gametofit.
3) Reproduksi Buatan
Reproduksi buatan umumnya sengaja dilakukan oleh
manusia untuk menunjang kesejaheraanya. Reproduksi buatan ini dapat dilakukan
secara in vivo maupun in vitro. Reproduksi vegetatif buatan
sangat banyak dilakukan manusia pada tumbuhan, misalnya memperbanyak tanaman
dengan stek, cangkok, menyambung, menempel, dan lain-lain. Kesemua cara ini
ditujukan agar tanaman berproduksi dalam waktu yang cepat dan kualitas baik.
Pada hewan ternak, reproduksi buatan in vivo
dilakukan dengan mempertemukan gamet jantan dan betina tetap dalam tubuh hewan
betina, tetapi dengan metode kawin suntik. Pada proses ini, sperma dari hewan
jantan yang kita inginkan ditransfer ke dalam saluran kelamin hewan betina yang
sedang birahi dengan sejenis alat yang mempunyai jarum suntik, sehingga disebut
kawin suntik.
Pada reproduksi buatan in vitro (yang sangat
dikenal dengan bayi tabung pada manusia), reproduksi dilakukan dengan cara
menyatukan gamet jantan dan gamet betina di luar tubuh hewan yang bersangkutan,
yang biasanya digunakan cawan petri, karena itulah disebut in vitro yang
secara harfiah artinya di dalam gelas (cawan). Setelah terjadi pembuahan dalam
cawan, embrio dibiarkan berkembang sampai stadium blastula, kemudian ditransfer
ke dalam rongga uterus (rahim) ibu. Di dalam rahim itu embrio berkembang,
berimplantasi, dan menjadi individu baru seperti pada kehamilan biasa. Teknik
seperti ini sering disebut bayi tabung.
- B. Asal Mula Kehidupan dan Evolusi Makhluk Hidup di Bumi
- 1. Hipotesis tentang Asal Mula Kehidupan
Pertanyaan mengenai bagaimana kehidupan pertama
dimulai di bumi masih menjadi pendebatan dari dahulu sampai sekarang.
Aristoteles 3,5 abad sebelum masehi mengemukakan teori abiogenesis yang
menyatakan bahwa makhluk hidup muncul secara spontan dari benda mati (generatio
spontanea). Penemuan jasad renik oleh Anthonie Van Leeuwenhoek abad ke 17
pada air rendaman jerami dianggap oleh pendukungnya sebagai bukti pendukung
teori abiogenesis. Teori ini ditentang oleh Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani
dan Louis Pasteur dengan teori biogenesis, yang meyakini bahwa makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup yang telah ada sebelumnya. Hasil penelitian
yang mereka lakukan mengungkapkan bahwa: setiap kehidupan berasal dari telur (omme
visum ex ovo), setiap telur berasal dari kehidupan sebelumnya (omne ovum
ex vivo), dan setiap kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya (omne
vivum ex vivo).
Skenario hipotesis, organisme pertama merupakan produk
suatu evolusi kimiawi yang terdiri dari tahapan-tahapan berikut:
- Sintesis abiotistas hidup dan akumulasi molekul organik kecil atau monomer seperti asam amino dan nukleoida.
- Penyatuan monomer-monomer menjadi polimer, termasuk protein dan asam nukleat (DNA dan RNA).
- Segregasi molekul-molekul tersebut menjadi droplet (tulisan) yang disebut dengan protobion.
- Protobion asal mula hereditas untuk menjalankan fungsi kehidupan.
Evolusi kimia ini didukung dengan postulat dari Oparin
dan J.B.S. Haldane, bahwa bumi primitif mendukung terjadinya reaksi kimia untuk
mensintesis senyawa organik yang berasal dari prekursor organik yang terdapat
pada atmosfer dan lautan purbakala. Atmosfer pereduksi (penambah elektron)
semacam itu meningkatkan penggabungan molekul sederhana untuk membentuk moleku
komplek.
Pada tahun 1953 Stanley Miller dan Harold Urey menguji
hipotesis Oparin-Haldane dengan percobaan di laboratorium. Keadaan percobaan
dibuat sesuai dengan keadaan bumi purbakala. Atmosfer dalam model Miller-Urey
terdiri dari H2O, H2, CH4 (metana) dan NH3
(amoniak), yang diyakini banyak terdapat di dunia purbakala. Percobaan mereka
menghasilkan berbagai jenis asam amino dan senyawa organik lainnya.
Banyak laboratorium mengulangi percobaan Miller-Urey
dengan menggunakan berbagai jenis campuran sebagai susunan atmosfer. Banyak
pula saintis yang meragukan bahwa kondisi atmosfer purbakala berperan penting
dalam reaksi kimia purbakala.
Banyak diantara ahli biologi sekarang membayangkan
suatu “dunia RNA”, suatu periode awal dalam evolusi kehidupan ketika molekul
RNA berfungsi sebagai gen yang belum sempurna dan sebagai katalis organik.
Beberapa saintis telah menguji beberapa hipotesis mengenai RNA yang bereplikasi
sendiri. Polimer pendek ribonukleotida telah dihasilkan secara abiotik dalam
percobaan di dalam laboratorium.
Protobion tumbuh dan membelah membagikan salinannya
kepada keturunan, keturunannya akan beranekaragam karena adanya mutasi dalam
penyalinan RNA. Evolusi dalam pengertian Darwinian yang sesungguhnya
keberhasilan reproduktif yang berbeda pada individu yang berbeda, agaknya
mengumpulkan banyak perbaikan pada metabolisme primitif dan pewarisan. Salah
satu tren mengarah ke RNA sebagai materi hereditas. Pada mulanya, RNA dapat
menyediakan cetakan tempat perakitan nukleotida DNA. Akan tetapi DNA merupakan
tempat penyimpanan informasi genetik yang lebih stabil dari RNA, dan begitu DNA
muncul, molekul RNA menulis peranan barunya sebagai perantara dalam translasi
(perterjemahan) kodegenetik. “Dunia RNA” membuka jalan bagi “dunia DNA”.
Perdebatan mengenai asal mula kehidupan di bumi sangat
banyak, dengan cara apapun bahan kimia prebiotik berakumulasi membentuk polimer
dan akhirnya bereproduksi di bumi, lompatan dari satu kumpulan molekul menjadi
sel-sel prokariotik yang paling sederhana merupakan suatu peristiwa yang sangat
besar dan perubahan pastilah telah terjadi dalam banyak tahapan evolusi yang
lebih kecil. Kita mengetahui melalui bukti fosil bahwa prokariotik sudah mulai
mengalami pertumbuhan sekitar 3,5 miliar tahun silam dan semua garis keturunan
muncul dari prokariotik kuno tersebut.
- 2. Proses Evolusi Makhluk Hidup di Bumi
Beberapa episode utama dalam sejarah kehidupan yang
penentuan waktu kejadiannya berdasarkan pada bukti fosil dan analisis molekuler
menunjukkan perubahan makhluk hidup dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang
lebih kompleks dan bervariasi terjadi karena DNA mengalami perubahan kode
genetik (mutasi). Kode genetik yang paling sesuaid keadaan lingkungan akan
mendapat peluang yang lebih baik untuk berkembang. Organisasi yang dapat
bertahan hidup di lingkungan tertentu disebut dengan adaptasi. Makhluk hidup
yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya dapat mengembangkan
populasinya, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan punah inilah yang
disebut dengan seleksi alamiah (natural selection).
Kehidupan dimulai sangat dini dalam sejarah bumi, dan
organisme pertama merupakan nenek moyang dari keanekaragaman biologis yang kita
lihat saat ini. Organisme makroskopis dan multiseluler terutama tumbuhan dan
hewan serta manusia berasal dari organisme mikroskopis dan uniseluler (bersel
tunggal).
Dari sejarah kehidupan di bumi, diperkirakan bumi dibentuk
4,5 milyar tahun silam. Kehidupan di bumi diperkirakan bermula antara 3,5 – 4.0
miliar tahun silam. Setelah bumi cukup dingin muncul kehidupan pertama sekitar
3,8 miliar tahun silam yang dibuktikan dengan isotop karbon hasil aktivitas
metabolis organisme dalam batuan yang berumur 3,8 miliar tahun silam di
Greenland (tanah hijau di kutup Utara), yang diperkirakan oleh saintis adalah
organisme prokariotik. Organisme prokariotik berfilamen berumur 3,5 miliar
tahun silam, fosilnya ditemukan di Afrika Selatan dan Australia Barat.
Kehidupan prokariotik purba ini ditemukan pada batuan yang disebut stromatolit
(bahasa Yunani: stroma = tempat tidur, dan lithos =
batu). Stromatolit adalah kubah bergaris-garis yang tersusun dari batuan
sedimen. Fosil tersebut saat ini merupakan fosil organisme hidup tertua yang
diketahui. Namun demikian fosil yang terdapat di Australia Barat tampak seperti
organisme fotosintetik, yang mungkin merupakan organisme penghasil oksigen.
Jika demikian halnya, maka mungkin kehidupan telah berkembang jauh sebelum
organisme ini hidup, kemungkinan sekitar 4,0 miliar tahun silam.
Sekitar 2,5 miliar tahun silam produksi oksigen (O2)
oleh prokariotik primitif dan menciptakan atmosfer aerob yang memulai suatu
tahapan untuk evolusi kehidupan aerob. Sementara evolusi prokariotik terus
berlanjut, beberapa organisme mampu menggunakan oksigen untuk metabolisme
makhluk organik atau (siano bakteri fotosintetik). Sekitar 1,7 miliar tahun
silam sel eukariotik telah berevolusi dari komunitas prokariota. Organisme
multiselule muncul sebelum hewan tertua muncul di sekitar 500 juta tahun silam
dan evolusi terus terjadi seiring dengan pergeseran benua. Zaman keemasan
reptil, tumbuhan berbunga dan mamalia ada pada zaman mesozoikum dan awal
senozoikum. Akhirnya, makhluk hidup dengan segala kompleksitas struktur tubuh
dan beranekaragam spesies seperti yang kita lihat sekarang ini diduga terjadi
akibat proses evolusi dalam waktu yang sangat panjang. Manusia berada pada
puncak evolusi makhluk hidup.
- C. Keanekaragaman Makhluk Hidup
- 1. Penyebab Keanekaragaman Makhluk Hidup
Tidak ada makhluk hidup di alam ini yang persis sama
satu dengan yang lain jika dilihat dari sifat atau karakter yang tampak maupun
dari sifat atau karakter yang tidak tampak. Masing-masing individu dalam suatu
jenis (spesies) memperlihatkan perbedaan bentuk tubuh, warna, ukuran,
kecerdasan, dan lain-lain. Bahkan individu-individu yang berasal dari induk
yang sama, juga menunjukkan perbedaan sifat. Apalagi jika dibandingkan individu
yang berbeda jenisnya. Semua ini menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk
hidup. Pertanyaan yang muncul adalah: Mengapa terjadi keanekaragaman makhluk
hidup? Apakah makhluk hidup yang beranekaragam ini berasal dari nenek moyang
yang sama? Para ahli telah mencoba mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
Bahkan telah mencoba pula menyusun hipotesis tentang bagaimana munculnya
makhluk hidup yang beranekaragam tersebut.
Menurut para ahli, keanekaragaman makhluk hidup
seperti yang kita lihat sekarang ini terbentuk dari proses evolusi. Ketika bumi
baru saja terbentuk, yang terjadi adalah proses evolusi yang lebih besar, yang
kemudian memunculkan sel pertama (ancestor cell). Setelah dalam waktu
yang cukup lama dalam sejarah evolusi, dari sel pertama ini kemudian memunculkan
organisme multiseluler pada awal era Paleozoikum. Proses evolusi makhluk hidup
berlanjut seiring dengan perubahan iklim dan pergeseran benua. Pada akhirnya
sebagai hasil proses evolusi, bermunculanlah beranekaragam makhluk hidup. Zaman
keemasan Reptilia, Tumbuhan Berbunga, dan Mammalia terjadi pada akhir era
Mesozoikum (Mesozoic) dan awal era Senozoikum (cenozoic).
Walaupun Charles Robert Darwin mencetuskan evolusi
sebagai suatu teori yang menyebabkan makhluk hidup berubah dan menjadi beraneka
ragam melalui proses seleksi alam dalam waktu yang sangat lama, namun ia belum
mengetahui tentang DNA dan mekanisme pewarisannya. Namun demikian diketahui
bahwa variasi yang ada pada individu bersifat genetis. Kemudian diketahui bahwa
sumber terjadinya variasi adalah mutasi, yaitu perubahan susunan kimiawi DNA
yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu lama. Mutasi
memodifikasi DNA dan menyebabkan terjadinya spesies baru (spesiasi). Jadi
mekanisme evolusi adalah akumulasi perubahan secara bertahap dalam kurun waktu
lama, sampai suatu kelompok organisme cukup nyata berbeda dari kelompok asalnya
sehingga dapat disebut sebuah spesies baru. Hal tersebut dapat terjadi bila ada
penghalang fisik yang memisahkan suatu populasi induknya (yang akan
menghasilkan spesiasi alopatrik), atau gene pools mereka menjadi
terpisah akibat adanya variasi lingkungan (yang akan menghasilkan
spesiasi parapatrik). Pola evolusi dikenal dengan evolusi divergen (bila dua
atau lebih spesies berevolusi dari sebuah leluhur yang sama), dan evolusi
konvergen (bila evolusi organisme yang berasal dari leluhur yang berbeda,
beradaptasi pada lingkungan hidup yang sama).
Keanekaragaman makhluk hidup menunjukkan totalitas
variasi gen, jenis dan ekosistem yang dijumpai di suatu daerah. Keanekaragaman
makhluk hidup menyatakan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan,
jumlah, dan sifat-sifat lain yang terlihat pada tingkat yang berdeda-beda.
Keanekaragaman makhluk hidup meliputi berbagai macam aspek seperti ciri-ciri
morfologi, anatomi, fisiologi, dan tingkah laku makhluk hidup yang selanjutnya
akan menyusun suatu ekosistem tertentu. Keanekaragaman makhluk hidup tidak
hanya terjadi antar jenis tetapi juga di dalam satu jenis. Keanekaragaman antar
jenis misalnya antara bawang merah dengan bawang putih, sedangkan
keanekaragaman dalam satu jenis misalnya antara varietas padi, padi Jawa, padi
Cianjur dan lain-lain.
2. Pengelompokan
(Klasifikasi Makhluk Hidup)
Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi, anatomi,
fisiologi, perilaku atau ciri-ciri lainnya dari makhluk hidup, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah identifikasi yaitu menentukan nama ilmiah dan
kelompok makhluk hidup sesuai dengan Kode Tata Nama Internasional. Identifikasi
merupakan kegiatan utama klasifikasi, dengan klasifikasi keanekaragaman hayati
makhluk hidup dapat dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah dan utuh.
Klasifikasi makhluk hidup dapat dilakukan melalui 3
cara yaitu sistem buatan (artifisial), sistem alamiah dan sistem filogenetik.
Sistem buatan yaitu pengelompokan makhluk hidup yang didasarkan lebih banyak
kepada ciri-ciri morfologi atau habitatnya, tetapi penggunaan ciri-ciri alami
masih terbatas sehingga kelompok-kelompok yang dihasilkan juga terbatas.
Contoh:
- Klasifikasi oleh Aristoteles yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan habitat dan perawakannya menjadi 4 kelompok, yaitu; gulma atau liana, semak, perdu, dan pohon.
- Klasifikasi oleh Carolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan menurut jumlah benang sari, yaitu: monandrie (1 benang sari), diandrie (2 benang sari) dan seterusnya.
Sistem alam menghendaki terbentuknya takso-takson yang
alami, takson yang terbentuk mencakup anggota-anggota yang sewajarnya
dikehendaki alam. Dasar yang digunakan adalah banyak sedikitnya persamaan
sifat/ciri morfologi, selanjutnya sifat anatomi, fisiologi atau sifat-sifat
lainnya.
Sistem filogenetik (pertengahan abad 19), selain
menunjukkan persamaan-persamaan ciri-ciri morfologi, anatomi atau sifat-sifat
lain (seperti pada sisem alam). Klasifikasi juga mencerminkan perkembangan (dari
sederhana ke yang lebih maju) serta jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar
takson. Takson adalah tingkatan dalam klasifikasi makhluk hidup. Urutan takson
tertinggi sampai kepada takson terendah adalah: Kingdom, Filum (untuk hewan)
atau Divisio (untuk tumbuhan), Kelas, Ordo, Famili, Genus, Spesies. Pada
awalnya makhluk hidup hanya dikelompokkan ke dalam 2 kingdom saja, yaitu
Animalia (hewan) dan Plantae (tumbuhan). Tetapi sekarang, sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dalam biologi, makhluk hidup dikelompokkan
menjadi 5 kingdom, Yaitu: Monera, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia.
Kingdom monera terdiri dari organisme prokariotik, yaitu kelompok makhluk hidup
bersel satu (uniseluler) dan tidak memiliki inti yang nyata (nukleus).
Contohnya adalah bakteri dan alga biru. Kingdom Protista meliputi organisme
bersel tunggal yang inti (nukleus) sudah nyata. Contohnya adalah protofita
(mikroalga) dan protozoa. Kingdom fungi adalah kelompok makhluk hidup
eukariotik yang mirip dengan tumbuhan tetapi tidak mampu melakukan fotosintesis
(non-fotosintetik). Kelompok Fungi terdiri atas mikrofungi (fungi
uniseluler) dan makrofungi (fungi multiseluler). Contoh dari mikrofungi
adalah khamir atau ragi (yeast). Kapang (mold) dan cendawan (mushroom)
adalah contoh makrofungi. Kadang-kadang Fungi bersimbiosis dengan Algae
membentuk lutut kerak (lichens). Kingdom Plantae adalah organisme
eukariotik multiseluler yang mampu melakukan fotosintesis karena memiliki zat
hijau daun (klorofil). Ke dalam kelompok Plantae termasuk makroalgae, lumut,
paku, dan tumbuhan berbiji. Diduga kelompok Plantae berevolusi dari algae hijau
berfilamen yang menyerbu daratan sekitar 400 juta tahun yang lalu. Kingdom
Animalia merupakan kelompok hewan dengan ciri-ciri tubuh bersel banyak dan eukariotik
yang tidak mampu mengolah makanan sendiri dari bahan anorganik. Oleh karena itu
sangat tergantung kepada tumbuhan, sehingga kelompok ini disebut heterotrof.
D. Persebaran Makhluk Hidup
Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari tentang
persebaran organisme di muka bumi. Studi tentang penyebarn spesies menunjukkan,
spesies-spesies berasal dari suatu tempat, namun selanjutnya menyebar ke
berbagai daerah. Organisme tersebut kemudian mengadakan diferensiasi menjadi
subspesies baru dan spesies yang cocok terhadp daerah yang ditempatinya.
Persebaran organisme di bumi dipengaruhi oleh faktor: 1) Lingkungan, 2) Sejarah
geologi, dan 3) Penghambat Fisik.
1.
Faktor Lingkungan
Dua faktor lingkunganutama yang berpengaruh terhadp
persebaran makhluk hidup adalah faktor abiotik (daratan, perairan, dan lintang
geografis) dan biotik (tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme).
- 2. Faktor Sejarah Geologi
Kira-kira 200 juta tahun yang lalu, yaitu pada
periode jurasik awal, benua-benua utama bersatu dalam superbenua (supercontinent)
yang disebut Pangaea. Hipotesis ini disampaikan seorang ilmuwan Jerman.
Alfred Weneger pada tahun 1915. hipotesis ini disampaikan lewat bukunya yang
berjudul Asal-usul Benua-benua dan Lautan.
Pada awal tahun 1960-an, bukti-bukti mengenai
pergerakan/pergeseran benua (continental drift) berhasil ditemukan.
Benua-benua yang tergabung dalam Pangea mulai memisah secara bertahap.
Terbukanya laut Atlantik Selatan dimulai kira-kira 125-130 juta tahun lalu,
sehingga Afrika dan Amerika Selatan bersatu secara langsung. Namun,
Amerika Selatan juga telah bergerak perlahan ke Amerika Barat dan keduanya
dihubungkan tanah genting Panama. Ini terjadi kira-kira 3,6 juta tahun yang
lalu. Saat “jembatan” Panama terbentuk secara sempurna, beberapa hewan dan
tumbuhan dari Amerika Selatan termasuk Oposum dan Armadillo
bermigrasi ke Amerika Barat. Pada saat yang bersamaan beberapa hewn dan
tumbuhan dari Amerika Barat seperti oak, hewan rusa, dan beruang bermigrasi ke
Amerika Selatan. Jadi perubahan posisi baik dalam skala besar maupun kecil
berpengaruh besar dalam pola distribusi organisme, seperti yang kita saksikan
saat ini. Contoh lain adalah burung-burung yang tidak dapat terbang, misalnya
ostriks, rhea, emu, kasuari dan kiwi terlihat memiliki divergensi percabangan
sangat awal dalam perjalanan evolusi dari semua kelompok burung lainnya.
Akibatnya terjadilah subspesies tadi.
Australia adalah contoh yang sesuai untuk mengetahui
bagaimana gerakan benua-benua memengaruhi sifat dan distribusi organisme. Sampai
kira-kira 53 juta tahun lalu, Australia dihubungkan dengan Antartika. Hewan
khas Australi, yaitu mamalia berkantung (marsupialia), yang ada pula meski
sedikit di Amerika Selatan, secara nyata terlihat sudah bergerak di antara
kedua benua ini lewat Antartika.
- 3. Faktor Penghambat Fisik
Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang
geografi atau barrier (isolasi geografi) seperti daratan (land
barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus).
Contohnya adalah: gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau lautan
membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah
terjadinya subspesies burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi
geografis. Di kepulauan tersebut, Charles Darwin menemukan 14 spesies burung
finch yang diduga berasal dari satu jenis burung finch dari Amerika Selatan.
Perbedaan burung finch tersebut akibat keadaan lingkungan yang berbeda.
Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada
hubungannya dengan jenis makanan.
- 4. Persebaran Tumbuhan dan Hewan
Garis lintang bumi (lattude) menunjukkan
terdapatnya 4 wilayah iklim di bumi, yaitu tropis, subtropis, dingin, dan
kutub. Perbedaan iklim tersebut, selain jenis tanahnya akan memberikan
perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di sana karena faktor adaptasi dengan
lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari permukaan laut sampai ke puncak gunung
yang paling tinggi (altitude) juga menunjukkan perbedaan iklim yang
mirip, yang menyebabkan pada dataran rendah sampai ke dataran tinggi didiami
oleh tumbuhan yang berbeda-beda.
Pada persebaran hewan lebih ditentukan oleh
letak/wilayah geografis (zoogeografis). Di bumi, daerah persebaran hewan
(zoogeografi) dibedakan menjadi enam lokasi berdasarkan persamaan fauna, yaitu:
1) Palearktik (palearctic) yang meliputi Asia sebelah utara Himalaya,
Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara sebelah Utara, 2) Nearktik (nearctic)
yaitu Amerika Utara, 3) Neotropis (neotropical) yaitu Amerika Selatan
bagian tengah, 4) Oriental meliputi Asia dan Himalaya bagian Selatan; 5)
Etiopia (ethiopian) yaitu Afrika, dan 6) Australia (australian)
meliputi Australia dan pulau-pulau sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar