A. Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga alinea. Kata
paragraf diserap dari bahasa inggris “Paragraf”.
Paragraf sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda, dari kata Latin A LINEA yang berarti “ Mulai dari baris yang baru”. Kata
Inggris paragraf terbentuk dari kata Yunani “PARA” yang berarti “Sebelum” ,dan
“GRAFEIN” yang berarti, “Menulis atau menggores”.
Sehingga disimpulkan sedemikian,
paragraf adalah satuan bahasa yang lengkap, yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Sebagai satuan bahasa yang lengkap artinya dalam
paragraf tersebut terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh yang
bias dipahami oleh pembaca. Sedangkan paragraf mempunyai satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar, berarti paragraf itu dibentuk dari kalimat-kalimat
yang memenuhi persyaratan gramatikal.
Persyaratan gramatikal dalam paragraf
dapat dipenuhi kalau dalam paragraf itu sudah terbina yang disebut kekohesian,
yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam paragraf
tersebut. Dalam paragraf kalimat-kalimat harus disusun dengan KOHESI (kesatuan
dalam paragraf) memiliki koherensi (keterpautan makna), dan memiliki isi yang
memadai sebagai pendukung gagasan utama dalam paragraf.
Paragraf yang baik biasanya berisi
atau mempunyai pikiran utama yaitu topik yang dikembangkan menjadi sebuah
paragraf dan berfungsi sebagai pengendali keseluruhan paragraf.
Ciri-ciri kalimat utama :
- Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut.
- Merupakan kalimat yang dapat berdiri sendiri.
- Mempunyai arti yang jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain.
Ciri-ciri kalimat
penjelas :
1.
Dari
segi arti sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
2.
Kadang
arti kalimat baru jelas ketika dihubungkan dengan kalimat lain.
3.
Pembentukannya
sering membutuhkan kata sambung.
Sedangkan paragraf juga mempunyai ciri-ciri dan fungsinya
sebagai berikut :
1.
Ciri-ciri
paragraf
a.
Paragraf
menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.
b.
Setiap paragraf
memiliki satu kalimat topik dan yang lainnya merupakan kalimat penjelas.
c.
Paragraf
menggunakan pikiran penjelas (gagasan utama).
2. Fungsi paragraf
a.
Mengekpresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
b.
Menandai
peralihan (pergantian), gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa
paragraf ganti. Paragraf ganti berarti ganti pikiran.
c.
Memudahkan
pemahaman bagi pembacanya.
d.
Memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
e.
Memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
B. Jenis-jenis
Paragraf
1. Berdasarkan letak kalimat topiknya
Berdasarkan letak kalimat topiknya paragraf dibagi atas:
a.
Paragraf Deduksi
Paragraf deduksi artinya paragraf
yang memiliki pikiran utama pada awal alinea, sedangkan kalimat selanjutnya
merupakan kalimat penjelas. Paragraf deduksi sering juga disebut paragraf umum,
ke paragraf khusus. Contoh paragrafnya adalah paragraf yang memiliki isi
kalimat penjelas, uraian, analisis, contoh-contoh, keterangan atau rincian
kalimat topik.
b.
Paragraf Induksi
Paragraf induksi (khusus ke umum)
yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir kalimat. Artinya,
kalimat-kalimat awal merupakan kaimat penjelas, sedangkan kalimat akhir
merupakan kalimat utamanya.
c.
Paragraf Kombinasi
Kalimat utamanya pada sebuah
paragraf pada hakekatnya hanya memiliki satu kalimat utama. Tapi, pada paragraf
kombinasi, kalimat utamanya bisa terletak pada awal atau juga bisa terletak
pada akhir paragraf. Jika dikatakan kombinasi, karena jika kalimat utamanya
terletak pada awal kalimat, maka akan ditegaskan pada akhir kalimat, begitu
juga sebaliknya. Sehingga, paragraf ini sering disebut paragraf deduktif-induktif.
d. Paragraf Penuh
Paragraf penuh maksudnya paragraf
penuh dengan kalimat topik, seluruh kalimat yang membangun suatu paragraf sama
pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik.
Paragraf ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan
narasi terutama dalam karangan fiksi.
2. Berdasarkan sifat isinya (Bedasarkan bentuk
pengembangannya)
a.
Paragraf Argumentasi
Paragraf yang berusaha mengungkapkan
pendapat dan sikap penulis. Sikap dan pendapat penulis diungkapkan dalam bentuk
fakta. Ciri khas paragraf argumentasi terletak pada pendapat yang disertai
dengan alasan yang mendukung. Contohnya karya ilmiah, makalah, skripsi, tesis
dan disertasi.
b. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf
yang isinya berupa ajakan yang mengajak pembaca dengan mengemukakan alasan,
contoh dan bukti yang kuat, untuk meyakinkan pembaca, atau pendengar sehingga
pembaca membenarkan dan mengikuti ajakan penulis. Contohnya majalah, surat,
surat kabar, radio, selebaran, kampanye dan lain-lain.
c. Paragraf Deskripsi/Deskriptif
Paragraf deskripsi adalah paragraf
yang melukiskan atau menggambarkan objek yang sedang dibicarakan atau
dituliskan sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah melihat objek yang
sedang dibicarakan. Atau dengan kata lain paragraf deskripsi menaruh harapan
pada pembaca atau pendengar seolah-olah melihat keadaan peristiwa tersebut
secara langsung. Biasanya digunakan dalam karya sastra dan biografi seseorang.
d. Paragraf eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf
yang bersifat memaparkan, menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu.
Jenis paragraf ini bertujuan untuk memperluas atau menambah wawasan pembaca atau
pendengar. Bentuk paragraf ini biasa dipakai untuk memaparkan cara membuat
sesuatu, cara menggunakan sesuatu. Contohnya penulisan cara kerja sebuah mesin,
cara mengkomsumsi obat-obatan dan sebagainya.
e. Paragraf Narasi/Naratif
Paragraf narasi adalah paragraf yang
menceritakan kejadian atau peristiwa dari awal sampai akhir yang dikaitkan
dengan kurun waktu tertentu dalam bentuk perceritaan. Paragraf narasi berusaha
menceritakan atau menuliskan kejadian-kejadian yang ingin disampaikan penulis
berdasarkan urutan waktu. Biasanya digunakan dalam bentuk riwayat hidup, novel,
cerpen dan roman.
3. Berdasarkan posisi dan fungsinya dalam
paragraf
Berdasarkan
posisinya dan fungsinya dalam paragraf maka paragraf dibagi atas;
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf
yang berfungsi sebagai pengantar menuju masalah yang akan dibahas. Sebagai
bagian yang mengawali sebuah karangan. Paragraf pembuka harus dapat difungsikan
untuk mengantar pokok pembicaraan, menyiapkan pembaca untuk mengetahui isi
seluruh karangan. Bentuk-bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
menulis paragraf pembuka, yaitu;
1)
Kutipan,
pribahasa, anekdot atau cerita yang lucu, singkat dan mengesankan
2)
Uraian
mengenai pokok pembicaraan
3)
Sesuatu
tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang
4)
Uraian
tentang pengalaman pribadi
5)
Uraian
tentang maksud dan tujuan penulis
6)
Sebuah
pertanyaan
7)
Memberikan
latar belakang suasana atau watak
8)
Melukiskan
sejarah atau riwayat hidup seseorang
9)
Memberi
ringkasan isi karangan
b. Paragraf Penghubung atau Pengembang
Merupakan
paragraf yang bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang telah
dirumuskan dalam paragraf pembuka. Paragraf pengembang dalam karangan dapat
difungsikan sebagai berikut:
1)
Mengemukakan
inti persoalan
2)
Memberi
ilustrasi dan contoh
3)
Menjelaskan
hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4)
Meringkaskan
paragraf berikutnya
5)
Mempersiapkan
dasar atau landasan bagi simpulan
c.
Paragraf Penutup
Merupakan paragraf yang berfungsi
mengakhiri bagian suatu karangan atau seluruh karangan. Paragraf ini biasanya
berisi simpulan atau saran atau bahkan penegasan kembali paragraf pembukanya.
Paragraf penutup harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1)
Sebagai
paragraf penutup, maka paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
2)
Isi
paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan
inti seluruh uraian
3)
Hendaknya
paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya
C. Syarat-syarat
Pembentukan Paragraf
Suatu paragraf dikatakan baik
apabila paragraf tersebut dapat memenuhi syarat-syarat paragraf yang baik yaitu
kesatuan, kepaduan, kelengkapan, keruntutan, dan konsitensi penggunaan sudut
pandang.
- Kesatuan paragraf atau kohesi
Untuk membentuk kesatuan paragraf,
setiap paragraf hanya berisi satu pokok pikiran. Paragraf terdiri atas beberapa
kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan satu kesatuan, sehingga tidak ada
kalimat yang sumbang yang tidak mendukung kesatuan paragraf.
- Kepaduan paragraf atau koherensi
Satu paragraf dinyatakan padu
apabila paragraf tersebut dibangun dengan kalimat-kalimat yang memiliki
hubungan atau pikiran yang logis, yang dapat menghasilkan kejelasan struktur
dan makna paragraf. Untuk memperoleh kepaduan yang baik suatu penulisan
paragraf harus memperhatikan masalah kebahasaan dan perincian dari isi urutan
alinea, sebagai berikut :
- Masalah kebahasaan atau gramatikal
Masalah kebahasaan dapat dibangun
melalui koherensi yaitu repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti, kata
transisi dan bentuk paralel, yang dapat dijelaskan seperti di bawah ini :
1)
Pengulangan
kata kunci atau repetisi
Semua paragraf dihubungkan dengan
kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci yang telah disebut pada pertama diulang
pada kalimat kedua dan kalimat seterusnya. Pengulangan tersebut, mengakibatkan
suatu paragraf menjadi padu, utuh dan kompak. Bentuk pengulangannya dapat
berupa pengulangan kata, Frasa, yang diletakan pada awal, tengah atau akhir
kalimat.
2)
Kata
Ganti
Kepaduan suatu paragraf juga dapat
dijalin dengan kata ganti (dia, -nya, mereka, ini, itu dll). Dengan menggunakan
kata ganti sebagai kepaduannya, maka bagian kalimat yang lain yang sama tidak
perlu diulang melainkan diganti dengan kata ganti dia. Hal tersebut juga dapat
mengurangi kejenuhan atau dapat membangun variasi kalimat.
3)
Kata
Transisi atau frasa penghubung
Kata transisi yaitu kata penghubung,
konjungsi, perangkai, yang menyatakan adanya hubungan. Dalam penggunaan kata
transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat dapat
menjadi padu, menyatu dan utuh. Contohnya :
a)
Hubungan
pertentangan
Lebih
baik dari itu, oleh sebab itu, dengan demikian, jadi, dll.
b)
Hubungan
akibat atau hasil
Akibatnya, karena itu, oleh sebab itu,
berbeda dengan itu, akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu,namun, dll.
c)
Hubungan
pertambahan
Berikutnya, demikian juga, kemudian,
selain itu, lagipula, lalu, selanjutnya, tambahan pula dll.
d)
Hubungan
perbandingan
Dalam hal yang sama, lain halnya dengan,
sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu.
e)
Hubungan
tempat
Berdekatan dengan itu, disini, seberang
sana, tak jauh, dari sana, di bawah, di atas dll.
f)
Hubungan
tujuan
Agar, untuk, guna,
untuk maksud itu, supaya dll.
g)
Hubungan
waktu
Baru-baru ini,
beberapa saat kemudian, mulai sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika dll.
h)
Hubungan
singkatan
Singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai
simpulan, pendek kata dll.
4)
Bentuk
Paralel
Bentuk paralel atau kesejajaran
yaitu bentuk-bentuk, artinya, bentuk kata yang sama, repetisi/pengulangan
bentuk kata/kalimat yang sama.
a)
Masalah
pedrincian dan urutan hasil alinea
(1) Kelengkapan dan
ketuntasan
Kelengkapan adalah
kesempurnaan. Hal ini dapat diwujudkan dalam klasifikasi yaitu pengelompokkan
secara merata atau lengkap dan kentuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas
materi secara menyeluruh dan utuh.
(2) Konsitenti sudut
pandang
Sudut pandang
adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Penulis sering
menggunakan aku seolah-olah
menceritakan dirinya sendiri. Kadang penulis menggunakan sudut pandang dia atau ia. Sekali menggunakan sudut pandang tersebut harus menggunakannya
secara konsisten dan tidak boleh berganti sejak awal sampai akhir.
(3)
Keruntutan
Keruntutan adalah penyusunan urutan
gagasan dalam karangan. Gagasan disajikan secara beruntun, agar pembaca dapat
dengan mudah memahami dan dapat menyenangkan pembacanya.
D.
Asas-asas Paragraf Yang Baik
Dalam mengelola paragraf yang baik
perlu menerapkan asas yang berkenan dengan gagasan. Keenam asas tersebut
menyangkut tantatan dalam menyampaikan gagasan. Keenam asas dalam menuangkan
gagasan dalam paragraf, adalah sebagai berikut :
1.
Kejelasan
Kejelasan berarti sifat tidak
samar-samar sehingga tiap butir fakta atau pendapat yang ditemukan seakan-akan
tampak nyata oleh pembaca. Karangan tersebut mudah ditafsir dan tak mungkin
disalah tafsirkan.
2.
Keringkasan
Keringkasan berarti karangan
tersebut idak pendek atau singkat, melainkan bahwa karangan itu tidak berboros
kata, tidak berlebih-lebihan dengan ungkapan, tidak mengulang-ulang butir ide
yang sama, tidak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan.
3.
Ketepatan
Ketepatan berarti bahwa karangan
dapat menyampaikan butir-bitur pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan
sepenuhnya seperti maksud penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan menaati
aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, peristilahan, kelaziman bahasa, dan
sebagainya.
4.
Kesatupaduan
Artinya segala sesuatu yang
disajikan dalam karangan harus berkisar, bergayutan dan relevan pada suatu
gagasan pokok atau pikiran utama karangan.
5.
Pertautan
Pertautan atau koherensi asas yang
menghendaki agar ada saing kait antara kalimat dalam paragraf dan
antarparagraf. Pertautan menghendaki agar jangan sampai ada kata atau frasa
yang tidak jelas rujukannya.
6.
Harkat
Harkat asas yang menghendaki agar
karangan benar-benar berbobot kita harus menerapkan hukum DM atau diterangkan
menerangkan dalam membangun paragraf dengan satu (D) dan jumlah yang memadai
atau yang lengkap.
E.
Teknik Pengembangan Paragraf
Beberapa teknik yang digunakan oleh
seorang penulis atau pengarang dalam mengembangkan suatu paragraf adalah :
- Teknik alamiah
Teknik alamiah merupakan
pengembangan paragraf berdasarkan urutan ruang dan waktu, bertujuan untuk
memudahkan pemahaman pembaca.
- Teknik klimaks dan antiklimaks
Antiklimaks dimulai dari informasi
yang memilki gradasi tinggi atau penting menuju informasi yang gardasinya
rendah, sedangkan klimakks merupakan kebalikan dari antiklimaks.
- Teknik umum khusus dan khusus umum
Teknik umum khusus dimulai dari
gagasan utama dan dilanjutkan dengan hal khusus sebagai pengembangannya.
Sedangkan teknik khusus umum dimulai dari hal-hal khusus yang merupakan
penjelasan, kemudian disimpulakan menjadi hal atau gagasan umum.
- Teknik perbandingan dan pertentangan
Teknik ini mencoba memperjelas
gagasan utama dengan jalan memperbandingkan dan mempertentangkan hal-hal yang
dibicarakan. Dalam hal ini penulis menunjukkan persamaan dan perbedaan diantara
dua hal.
- Teknik analogi
Teknik ini digunakan untuk
membandingkan atau menyamakan sesuatu dengan yang sudah dikenal dengan yang
kurang dikenal. Tujuannya adalah untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal
tersebut. Tetapi teknik analogi misalnya dalam karya ilmiah jarang dipakai
karena teknik analogi tidak selamanya benar.
- Teknik contoh-contoh
Teknik ini memberikan hal yang
konkrit yang dapat memeberikan bukti atau penjelasan kepada pembaca yang
bersifat lebih umum, untuk lebih memperjelas.
- Teknik sebab akibat
Teknik sebab akibat dapat diwujudkan
dengan melihat hubungan antar kalimat dalam paragraf. Hubungan kalimat yang
satu dengan yang lainnya dapat berbentuk sebab akibat.
- Teknik definisi luas
Teknik ini merupakan pemberian
penjelasan tentang sesuatu, dengan beberapa kalimat untuk memperjelas definisi,
bisa dituangkan dalam beberapa kalimat, dan bahkan beberapa alinea.
- Teknik klasifikasi
Teknik klasifikasi merupakan
penggunaan cara pengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas kalimat
utama. Penulis mengelompokkan suatu hal berdasarkan persamaannya, kemudian
diperinci lagi lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dan
detail. Penggelompokkan yang didasarkan pada persamaan biasanya dapat
memberikan sebuah kesimpulan yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar