Sabtu, 27 April 2013

PARAGRAF



A.  Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga alinea. Kata paragraf diserap dari bahasa inggris “Paragraf”. Paragraf sedangkan kata alinea dari bahasa Belanda, dari kata Latin A LINEA yang berarti “ Mulai dari baris yang baru”. Kata Inggris paragraf terbentuk dari kata Yunani “PARA” yang berarti “Sebelum” ,dan “GRAFEIN” yang berarti, “Menulis atau menggores”.


Sehingga disimpulkan sedemikian, paragraf adalah satuan bahasa yang lengkap, yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Sebagai satuan bahasa yang lengkap artinya dalam paragraf tersebut terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh yang bias dipahami oleh pembaca. Sedangkan paragraf mempunyai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti paragraf itu dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal.
Persyaratan gramatikal dalam paragraf dapat dipenuhi kalau dalam paragraf itu sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam paragraf tersebut. Dalam paragraf kalimat-kalimat harus disusun dengan KOHESI (kesatuan dalam paragraf) memiliki koherensi (keterpautan makna), dan memiliki isi yang memadai sebagai pendukung gagasan utama dalam paragraf.
Paragraf yang baik biasanya berisi atau mempunyai pikiran utama yaitu topik yang dikembangkan menjadi sebuah paragraf dan berfungsi sebagai pengendali keseluruhan paragraf.
Ciri-ciri kalimat utama :
  1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut.
  2. Merupakan kalimat yang dapat berdiri sendiri.
  3. Mempunyai arti yang jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain.
Ciri-ciri kalimat penjelas :
1.     Dari segi arti sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
2.    Kadang arti kalimat baru jelas ketika dihubungkan dengan kalimat lain.
3.    Pembentukannya sering membutuhkan kata sambung.
Sedangkan paragraf juga mempunyai ciri-ciri dan fungsinya sebagai berikut :
1.     Ciri-ciri paragraf
a.    Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.
b.    Setiap paragraf memiliki satu kalimat topik dan yang lainnya merupakan kalimat penjelas.
c.    Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan utama).
2.   Fungsi paragraf
a.    Mengekpresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
b.    Menandai peralihan (pergantian), gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf ganti. Paragraf ganti berarti ganti pikiran.
c.    Memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
d.    Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil.
e.    Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.

B.  Jenis-jenis Paragraf
1.  Berdasarkan letak kalimat topiknya
Berdasarkan letak kalimat topiknya paragraf dibagi atas:
a.  Paragraf Deduksi
Paragraf deduksi artinya paragraf yang memiliki pikiran utama pada awal alinea, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas. Paragraf deduksi sering juga disebut paragraf umum, ke paragraf khusus. Contoh paragrafnya adalah paragraf yang memiliki isi kalimat penjelas, uraian, analisis, contoh-contoh, keterangan atau rincian kalimat topik.
b.  Paragraf Induksi
Paragraf induksi (khusus ke umum) yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir kalimat. Artinya, kalimat-kalimat awal merupakan kaimat penjelas, sedangkan kalimat akhir merupakan kalimat utamanya.
c.  Paragraf Kombinasi
Kalimat utamanya pada sebuah paragraf pada hakekatnya hanya memiliki satu kalimat utama. Tapi, pada paragraf kombinasi, kalimat utamanya bisa terletak pada awal atau juga bisa terletak pada akhir paragraf. Jika dikatakan kombinasi, karena jika kalimat utamanya terletak pada awal kalimat, maka akan ditegaskan pada akhir kalimat, begitu juga sebaliknya. Sehingga, paragraf ini sering disebut paragraf deduktif-induktif.
d.  Paragraf Penuh
Paragraf penuh maksudnya paragraf penuh dengan kalimat topik, seluruh kalimat yang membangun suatu paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Paragraf ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan narasi terutama dalam karangan fiksi.

2.  Berdasarkan sifat isinya (Bedasarkan bentuk pengembangannya)
a.  Paragraf Argumentasi
Paragraf yang berusaha mengungkapkan pendapat dan sikap penulis. Sikap dan pendapat penulis diungkapkan dalam bentuk fakta. Ciri khas paragraf argumentasi terletak pada pendapat yang disertai dengan alasan yang mendukung. Contohnya karya ilmiah, makalah, skripsi, tesis dan disertasi.
b.  Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang isinya berupa ajakan yang mengajak pembaca dengan mengemukakan alasan, contoh dan bukti yang kuat, untuk meyakinkan pembaca, atau pendengar sehingga pembaca membenarkan dan mengikuti ajakan penulis. Contohnya majalah, surat, surat kabar, radio, selebaran, kampanye dan lain-lain.
c.  Paragraf Deskripsi/Deskriptif
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan objek yang sedang dibicarakan atau dituliskan sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah melihat objek yang sedang dibicarakan. Atau dengan kata lain paragraf deskripsi menaruh harapan pada pembaca atau pendengar seolah-olah melihat keadaan peristiwa tersebut secara langsung. Biasanya digunakan dalam karya sastra dan biografi seseorang.
d.  Paragraf eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bersifat memaparkan, menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu. Jenis paragraf ini bertujuan untuk memperluas atau menambah wawasan pembaca atau pendengar. Bentuk paragraf ini biasa dipakai untuk memaparkan cara membuat sesuatu, cara menggunakan sesuatu. Contohnya penulisan cara kerja sebuah mesin, cara mengkomsumsi obat-obatan dan sebagainya.
e.  Paragraf Narasi/Naratif
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan kejadian atau peristiwa dari awal sampai akhir yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu dalam bentuk perceritaan. Paragraf narasi berusaha menceritakan atau menuliskan kejadian-kejadian yang ingin disampaikan penulis berdasarkan urutan waktu. Biasanya digunakan dalam bentuk riwayat hidup, novel, cerpen dan roman.
3.   Berdasarkan posisi dan fungsinya dalam paragraf
Berdasarkan posisinya dan fungsinya dalam paragraf maka paragraf dibagi atas;
a.  Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang berfungsi sebagai pengantar menuju masalah yang akan dibahas. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan. Paragraf pembuka harus dapat difungsikan untuk mengantar pokok pembicaraan, menyiapkan pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan. Bentuk-bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, yaitu;
1)    Kutipan, pribahasa, anekdot atau cerita yang lucu, singkat dan mengesankan
2)   Uraian mengenai pokok pembicaraan
3)   Sesuatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang
4)   Uraian tentang pengalaman pribadi
5)   Uraian tentang maksud dan tujuan penulis
6)   Sebuah pertanyaan
7)   Memberikan latar belakang suasana atau watak
8)   Melukiskan sejarah atau riwayat hidup seseorang
9)   Memberi ringkasan isi karangan
b.  Paragraf Penghubung atau Pengembang
Merupakan paragraf yang bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang telah dirumuskan dalam paragraf pembuka. Paragraf pengembang dalam karangan dapat difungsikan sebagai berikut:
1)    Mengemukakan inti persoalan
2)   Memberi ilustrasi dan contoh
3)   Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4)   Meringkaskan paragraf berikutnya
5)   Mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan
c.  Paragraf Penutup
Merupakan paragraf yang berfungsi mengakhiri bagian suatu karangan atau seluruh karangan. Paragraf ini biasanya berisi simpulan atau saran atau bahkan penegasan kembali paragraf pembukanya. Paragraf penutup harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1)    Sebagai paragraf penutup, maka paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
2)   Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian
3)   Hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya

C.  Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Suatu paragraf dikatakan baik apabila paragraf tersebut dapat memenuhi syarat-syarat paragraf yang baik yaitu kesatuan, kepaduan, kelengkapan, keruntutan, dan konsitensi penggunaan sudut pandang.
  1. Kesatuan paragraf atau kohesi
Untuk membentuk kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pokok pikiran. Paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan satu kesatuan, sehingga tidak ada kalimat yang sumbang yang tidak mendukung kesatuan paragraf.
  1. Kepaduan paragraf atau koherensi
Satu paragraf dinyatakan padu apabila paragraf tersebut dibangun dengan kalimat-kalimat yang memiliki hubungan atau pikiran yang logis, yang dapat menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Untuk memperoleh kepaduan yang baik suatu penulisan paragraf harus memperhatikan masalah kebahasaan dan perincian dari isi urutan alinea, sebagai berikut :
  1. Masalah kebahasaan atau gramatikal
Masalah kebahasaan dapat dibangun melalui koherensi yaitu repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti, kata transisi dan bentuk paralel, yang dapat dijelaskan seperti di bawah ini :
1)    Pengulangan kata kunci atau repetisi
Semua paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci yang telah disebut pada pertama diulang pada kalimat kedua dan kalimat seterusnya. Pengulangan tersebut, mengakibatkan suatu paragraf menjadi padu, utuh dan kompak. Bentuk pengulangannya dapat berupa pengulangan kata, Frasa, yang diletakan pada awal, tengah atau akhir kalimat.
2)   Kata Ganti
Kepaduan suatu paragraf juga dapat dijalin dengan kata ganti (dia, -nya, mereka, ini, itu dll). Dengan menggunakan kata ganti sebagai kepaduannya, maka bagian kalimat yang lain yang sama tidak perlu diulang melainkan diganti dengan kata ganti dia. Hal tersebut juga dapat mengurangi kejenuhan atau dapat membangun variasi kalimat.
3)   Kata Transisi atau frasa penghubung
Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai, yang menyatakan adanya hubungan. Dalam penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat dapat menjadi padu, menyatu dan utuh. Contohnya :
a)    Hubungan pertentangan
     Lebih baik dari itu, oleh sebab itu, dengan demikian, jadi, dll.
b)   Hubungan akibat atau hasil
     Akibatnya, karena itu, oleh sebab itu, berbeda dengan itu, akan tetapi, bagaimanapun, meskipun begitu,namun, dll.
c)    Hubungan pertambahan
     Berikutnya, demikian juga, kemudian, selain itu, lagipula, lalu, selanjutnya, tambahan pula dll.
d)   Hubungan perbandingan
     Dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu, berbeda dengan itu.
e)    Hubungan tempat
     Berdekatan dengan itu, disini, seberang sana, tak jauh, dari sana, di bawah, di atas dll.
f)    Hubungan tujuan
Agar, untuk, guna, untuk maksud itu, supaya dll.
g)    Hubungan waktu
     Baru-baru ini, beberapa saat kemudian, mulai sebelum, segera, sesudah, sejak, ketika dll.
h)   Hubungan singkatan
     Singkatnya, ringkasnya, akhirnya, sebagai simpulan, pendek kata dll.
4)   Bentuk Paralel
Bentuk paralel atau kesejajaran yaitu bentuk-bentuk, artinya, bentuk kata yang sama, repetisi/pengulangan bentuk kata/kalimat yang sama.
a)    Masalah pedrincian dan urutan hasil alinea
(1)    Kelengkapan dan ketuntasan
         Kelengkapan adalah kesempurnaan. Hal ini dapat diwujudkan dalam klasifikasi yaitu pengelompokkan secara merata atau lengkap dan kentuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan utuh.
(2)    Konsitenti sudut pandang
         Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Penulis sering menggunakan aku seolah-olah menceritakan dirinya sendiri. Kadang penulis menggunakan sudut pandang dia atau ia. Sekali menggunakan sudut pandang tersebut harus menggunakannya secara konsisten dan tidak boleh berganti sejak awal sampai akhir.
(3)     Keruntutan
      Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan dalam karangan. Gagasan disajikan secara beruntun, agar pembaca dapat dengan mudah memahami dan dapat menyenangkan pembacanya.
D.  Asas-asas Paragraf Yang Baik
Dalam mengelola paragraf yang baik perlu menerapkan asas yang berkenan dengan gagasan. Keenam asas tersebut menyangkut tantatan dalam menyampaikan gagasan. Keenam asas dalam menuangkan gagasan dalam paragraf, adalah sebagai berikut :
1.     Kejelasan
Kejelasan berarti sifat tidak samar-samar sehingga tiap butir fakta atau pendapat yang ditemukan seakan-akan tampak nyata oleh pembaca. Karangan tersebut mudah ditafsir dan tak mungkin disalah tafsirkan.
2.    Keringkasan
Keringkasan berarti karangan tersebut idak pendek atau singkat, melainkan bahwa karangan itu tidak berboros kata, tidak berlebih-lebihan dengan ungkapan, tidak mengulang-ulang butir ide yang sama, tidak berputar-putar dalam menyampaikan gagasan.
3.    Ketepatan
Ketepatan berarti bahwa karangan dapat menyampaikan butir-bitur pengetahuan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti maksud penulis. Ketepatan juga meliputi ketepatan menaati aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, peristilahan, kelaziman bahasa, dan sebagainya.
4.    Kesatupaduan
Artinya segala sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar, bergayutan dan relevan pada suatu gagasan pokok atau pikiran utama karangan.
5.    Pertautan
Pertautan atau koherensi asas yang menghendaki agar ada saing kait antara kalimat dalam paragraf dan antarparagraf. Pertautan menghendaki agar jangan sampai ada kata atau frasa yang tidak jelas rujukannya.
6.    Harkat
Harkat asas yang menghendaki agar karangan benar-benar berbobot kita harus menerapkan hukum DM atau diterangkan menerangkan dalam membangun paragraf dengan satu (D) dan jumlah yang memadai atau yang lengkap.

E.  Teknik Pengembangan Paragraf
Beberapa teknik yang digunakan oleh seorang penulis atau pengarang dalam mengembangkan suatu paragraf adalah :
  1. Teknik alamiah
Teknik alamiah merupakan pengembangan paragraf berdasarkan urutan ruang dan waktu, bertujuan untuk memudahkan pemahaman pembaca.
  1. Teknik klimaks dan antiklimaks
Antiklimaks dimulai dari informasi yang memilki gradasi tinggi atau penting menuju informasi yang gardasinya rendah, sedangkan klimakks merupakan kebalikan dari antiklimaks.
  1. Teknik umum khusus dan khusus umum
Teknik umum khusus dimulai dari gagasan utama dan dilanjutkan dengan hal khusus sebagai pengembangannya. Sedangkan teknik khusus umum dimulai dari hal-hal khusus yang merupakan penjelasan, kemudian disimpulakan menjadi hal atau gagasan umum.
  1. Teknik perbandingan dan pertentangan
Teknik ini mencoba memperjelas gagasan utama dengan jalan memperbandingkan dan mempertentangkan hal-hal yang dibicarakan. Dalam hal ini penulis menunjukkan persamaan dan perbedaan diantara dua hal.
  1. Teknik analogi
Teknik ini digunakan untuk membandingkan atau menyamakan sesuatu dengan yang sudah dikenal dengan yang kurang dikenal. Tujuannya adalah untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut. Tetapi teknik analogi misalnya dalam karya ilmiah jarang dipakai karena teknik analogi tidak selamanya benar.
  1. Teknik contoh-contoh
Teknik ini memberikan hal yang konkrit yang dapat memeberikan bukti atau penjelasan kepada pembaca yang bersifat lebih umum, untuk lebih memperjelas.
  1. Teknik sebab akibat
Teknik sebab akibat dapat diwujudkan dengan melihat hubungan antar kalimat dalam paragraf. Hubungan kalimat yang satu dengan yang lainnya dapat berbentuk sebab akibat.
  1. Teknik definisi luas
Teknik ini merupakan pemberian penjelasan tentang sesuatu, dengan beberapa kalimat untuk memperjelas definisi, bisa dituangkan dalam beberapa kalimat, dan bahkan beberapa alinea.
  1. Teknik klasifikasi
Teknik klasifikasi merupakan penggunaan cara pengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas kalimat utama. Penulis mengelompokkan suatu hal berdasarkan persamaannya, kemudian diperinci lagi lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dan detail. Penggelompokkan yang didasarkan pada persamaan biasanya dapat memberikan sebuah kesimpulan yang tepat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar