A. Beberapa Pengertian Mengenai
Pembentukan Kata
Karena
kata dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dari kata lain, ada berbagai
pengertian dan istilah yang diperlukan untuk menerangkan proses pembentukan
itu. Berikut ini diuraikan beberapa konsep dan istilah yang akan membantu kita
untuk memahaminya.
1.
Morfem, Alomorf, dan (Kata) Dasar
Dalam
bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat “dipotong-potong” menjadi bagian
yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika dipotong lagi, tidak
mempunyai makna. Kata memperbesar,
misalnya, dapat kita potong sebagai berikut.
Mem-perbesar
per-besar
Jika
besar dipotong lagi, maka be- dan -sar masing-masing tidak mempunyai makna.
Bentuk seperti mem-, per-, dan besar
disebut morfem. Morfem yang dapat
berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem
bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem
terikat. Dengan batasan itu, maka sebuah morfem dapat berupa kata (seperti
besar di atas), tetapi sebuah kata dapat terdiri atas satu morfem atau lebih.
Contoh
memperbesar di atas adalah satu kata
yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu
morfem bebas besar. Sebaliknya,
bentuk besar itu sendiri adalah satu
morfem yang kebetulan juga satu kata. Berikut ini beberapa contoh lain beserta
keterangannya.
membawa morfem
bebas : bawa
morfem
terikat : mem-
pembuatan morfem bebas : buat
morfem
terikat : pem-an
Pada
contoh di atas kita temukan bentuk mem-
dan men- yang masing-masing
dilekatkan pada bawa dan dapat. Baik mem- maupun men-
sebenarnya mempunyai fungsi dan makna yang sama, yakni merupakan pembentuk
verba aktif. perbedaan dalam wujudnya itu ditentukan oleh fonem pertama yang
mengawali kata bawa dan dapat: jika fonem pertama yang
mengikutinya berupa fonem /b/maka bentuknya adalah men, anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang
mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf. Morfem biasanya diapit oleh dua tanda kurung kurawal {…}.
Dengan demikian,mem dan men adalah dua alomorf dari satu morfem
yang sama, yakni {meng-}. Disamping mem
dan men, masih ada alomorf meny {seperti pada kata menyingkir}, meng (seperti kata mengambil), me (seperti melamar), dan menge (seperti pada kata mengecat).
Bentuk
seperti duduk, darat, dan temu dapat dipakai dasar untuk membentuk
kata. Dari ketiga bentuk ini dapat diperoleh kata berikut ini.
Duduki menduduki
Duduk pendudukkan
Dudukkan mendudukkan
mendarat
darat pendaratan
daratkan mendaratkan
bertemu
temu pertemuan
pertemuan mempertemukan
Dengan
demikian, kita dapat mengatakan bahwa menduduki
dan mendudukkan diturunkan secara
bertahap dari dasar duduk, mendarat
dari dasar darat, bertemu dari dasar temu, dan mempertemukan
dari dasar pertemukan. Selanjutnya,
kata seperti pendudukan, pendaratan,
dan pertemuan tidak dibentuk atau
diturunkan dari dasar duduk, darat,
dan temu, tetapi dari dasar menduduki, mendarat, dan bertemu.
Dengan kata lain, kata yang diturunkan dari dasar tertentu dapat pula menjadi
dasar pembentukan kata turunan yang lain. Jadi, urutan pembentukannya dapat
dilihat pada bagan berikut.
Duduk menduduki pendudukan
Darat mendarat pendaratan
Temu bertemu pertemuan
2.
Analogi
Pembentukan
kata pendaratan dan pertemuan dikaitkan dengan mendarat dan
bertemu, kita dapat juga menyaksikan pembentukan kata baru berdasarkan contoh
yang sudah ada. Kesamaan pola pembentukan berdasarkan contoh itu disebut analogi. didalam dunia olah raga kita
mengenal paradigma bergulat- pegulat dan bertinju-petinju. Kini muncul kata
pegolf, pehoki dan pecatur yang masing-masing dibentuk berdasarkan pola pegulat
dan petinju tanpa memperhitungkan ada tidaknya kata bergolf, pesuluh dan pesapa
yang berdasarkan pola penyuruh-pesuruh yang sudah lama ada dalam bahasa kita.
3.
Proses Morfofonemik
Seperi
dinyatakan diatas, sebuah morfem dapat bervariasi bentuknya. Kidah yang
menentukan bentuk itu dapat diberikan sebagai proses yang berpijak pada bentuk
yang dipilih sebagai lambing morfem. proses perubahan bentuk yang disyaratkan
oleh jenis fonem atau morfem yang digabungkan dinamakan proses morfofonemik. Jadi, seperti pada contoh diatas proses
perubahan meng- menjadi mem-, men-, meny-, menge-, dan me- adalah proses morfofonemik.
4.
Afiks, Prefiks,Sufiks, infiks, dan
Konfiks
kata
yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata
dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman,
gerigi dan berdatangan terdiri
atas kata dasar tiga, ancam, gigi, dan
datang yang masing-masing dilengkapi
dengan bentuk yang berwujud ber, an, er,
dan ber-an. bentuk atau morfem
terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan.
Keempat bentuk terikat diatas adalah afiks atau imbuhan. Afiks yang ditempatkan
dibagian muka suatu kata dasar disebut
prefiks atau awalan. Bentuk atau
morfem terikat seperti ber-, meng-,
peng-, dan per- adalah prefiks
atau awalan. Apabila morfem terikat ini digunakan dibagian belakang kata, maka
namanya adalah sufiks atau akhiran. Morfem terikat seperti –an, -kan, dan –i adalah contoh sufik atau akhiran. Infiks atau sisipan
adalah afiks yang diselipkan ditengah kata dasar. Bentuk seperti –er- dan –el- pada gerigi dan gelatar
adalah afiks atau sisipan.
Gabungan
prefix dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dinamakan konfiks. Kata berdatangan, misalnya, dibentuk kata
dasar datang dan konfiks ber- -an yang secara serentak
diimbuhkan. Kita harus waspada terhadap bentuk yang mirip dengan konfiks,
tetapi yang bukan konfiks karena proses penggabungannya tidak secara serentak.
Kata berhalangan, misalnya,
pertama-tama dibentuk dengan menambahkan sifiks –an pada dasar halang
sehingga terbantuk kata halangan.
Sesudah itu barulah prefix ber-
diimbuhkan. Jadi, ber- -an pada berdatangan adalah konfiks karena afiks itu merupakan
kesatuan-tidak ada bentuk datangan.
sebaliknya, ber-an pada berhalangan bukan konfiks karena
merupakan hasil proses penggabungan perfiks ber-
dengan halangan.
A. Pembentukan kata
Ada
dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa indonesia.
Dari dalam bahasa indonesia terbentuk kosa kata baru dengan dasar kata yang
sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
Dari dalam
bahasa indonesia terbentuk kata baru, misalnya:
Tata daya serba
Tata
buku daya tahan serba putih
Tata
bahasa daya pukul serba plastik
Hari tutup lepas
Hari
sial tutup tahun lepas tangan
Hari
jadi tutup buku lepas pantai
.
Dari
luar bahasa indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya
Bank Wisata
Kredit santai
Valuta nyeri
Televisi candak kulak.
Kata-kata
pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang
belum dimiliki oleh bahasa indonesia. pemungutan kata-kata asing yang bersifat
internasional sangat kita perlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi
dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam
segala macam segi kehidupan.
Kata-kata
pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah.
Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa indonesia disebut
bentuk serapan.
Bentuk-bentuk
serapan itu ada empat macam.
1. Kita
mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa indonesia. Yang termasuk
kata-kata itu ialah :
Bank,
Opname,
dan
Golf.
2.
Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan eajaan bahasa indonesia.
Yang kata-kata itu ialah
Subject subjek,
Apotheek apotek,
Standard standar, dan
University universitas.
3.
Kita menerjemahkan istilah-istilah asing
kedalam bahasa indonesia. Yang tergolong kedalam bentuk ini ialah
Starting
point titik tolak
Meet
the press jumpa pers,
Up
to date mutakhir,
Briefing taklimat,
dan
Hearing dengar pendapat.
4. Kita mengambil istilah yang tetap seperti
aslinya karena sifat keuniversalnya. yang termasuk golongan ini adalah
De
facto,
Status
quo,
Cum
laude, dan
Ad
hoc.
Dalam
menggunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memperhatikan
beberapa ukuran.
a. Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur
atau bahasa setempat dihindari.
Misalnya:
nongkrong
Raun
Kata-kata
itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh: Ganyang anjang
sana senang
Lugas kelola Heboh
b. Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya
dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana
pembicaraan.
Contoh: Tunanetra buta
Tunarungu tuli
Tunawicara
bisu
c. Kata
yang tidak lazim dipakai dihindari,
kecuali kalau sudah dipakai oleh masyarakat.
Contoh: Konon puspa
Bayu lepau
Lascar didaulat
Sebuah
kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, seksama dalam
pengungkapan, lazim dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Beberapa
contoh pemakaian kata dibawah ini dapat dilihat
a. Kata
raya tidak dapat disamakan dengan
kata besar, agung. Kata-kata itu
tidak terlalu dapat dipertukarkan. contoh masjid raya, rumah besar, hakim
agung.
b. Kata
masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya.
Kata
tiap-tiap harus diikuti oleh kata
benda, sedangkan kata masing-masing tidak
boleh diikuti kata benda.
Contoh
yang benar:
a. tiap-tiap
kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
b. Berbagai
gedung bertingkat dijakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
c. Masing-masing
mengemukan keberatannya.
d. Para
pemimpin Negara APEC yang hadir dijakarta masing-masing dijaga ketat oleh
pegawai kepresidenan indonesia.
c. Pemakaian
kata dan lain-lain harus
dipertimbangkan secara cermat. Kata dan
lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.
Misanya:
Bentuk yang salah
Dalam
ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku bangku, dan
lain-lain.
Bentuk yang benar
a. Dalam
ruang itu kita dapat menemukan meja,buku,bangku, dan lain-lain.
b. Dalam
ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja,buku,dan bangku
d. pemakaian
kata pukul dan jam harus dilakukan tepat. kata pukul
menunjukkan waktu, sedangkan kata jam
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1).
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran universitas indonesia berlangsung
selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 s.d.
12.00. (salah)
2).
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran
universitas indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d.
pukul 12.00. (benar)
e. kata
sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata Sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu
harus diikuti kata benda.
Contoh:
a. ia
mencari sesuatu.
b. Pada
suatu waktu ia datang dengan wajah berseri- seri.
f. Kata
dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah
Contoh:
a. Ia
mendapat tugas dari atasannya.
b. Cincin
itu terbuat dari emas.
Kata
daripada berfungsi membandingkan.
Contoh:
a. Duduk
lebih baik daripada berdiri.
b. Indonesia
lebih luas daripada Malaysia
B.
Kesalahan
pembentukan dan pemilihan kata
Pada
bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita
temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah
diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihatkan pula bentuk yang benar, yang
merupakan perbaikannya.
1.
Penanggalan awalan me-
Penanggalan
awalan me- pada judul berita dalam
surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan me- harus diekplisit. Dibawah ini
diperlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
a. Amerika
serikat luncurkan pesawat bolak-balik
Colombia.(salah)
b.
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak balik colombia.(benar)
c. Jaksa Agung, Marzuki Darusman, periksa mantan Presiden Soeharto.
(salah)
d.
Jaksa Agung, Marsuki Darusman, memeriksa mantan presiden soeharto.
(benar)
2.
Penanggalan awalan ber-
Kata-kata
yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-. Padahal, awalan ber- harus
dieksplisikan secara jelas. dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar
dalam pemakaiannya.
a. Sampai jumpa
lagi. (salah)
b.
Sampai berjumpa lagi. (benar)
c. Pendapat saya beda dengan pendapatnya. (salah)
d.
Pendapat saya berbeda dengan pendapatnaya. (benar)
e. Kalau saudara tidak keberatan, saya akan meminta saran saudara tentang penyusunan
proposal penelitian. (salah)
f. Kalau
saudara tidak berkeberatan, saya akan
meminta saran saudara tentang penyusunan propososal penelitian. (benar)
3. Peluluhan
bunyi /c/
Kata
dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me-. Padahal, sesungguhnya bunyi/c/
tidak luluh apabila mendapat awalan me-.
Dibawah
ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
a. Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
b. Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)
c. Eka lebih menyintai
boby dari pada menyintai roy. (salah)
d. Eka lebih mencintai
boby dari pada mencintai roy. (benar)
4. Penyengauan
kata dasar
Ada
lagi gejala penyengauan bunyi awal kata dasar. penyengauan kata dasar ini
sebenernya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya,
pencampuradukkan antara ragam lisan dan tulis menimbilkan suatu bentuk kata
yang salah dalam pemakaian. Kita sering
menemukan penggunaan kata-kata, nyopet,
nolak, nyuap dan nyari. Dalam bahasa indonesia baku tulis, kita harus
menggunakan kata-kata mencopet, memandang, mengail mengantuk, menabrak,
menanam, menulis, mencubil, mengepung, menolak, mencabut, menyuap dan mencari.
5. Bunyi
/s/, /k/, /p/, dan yang tidak luluh
Kata
dasar yang bunyi awalnaya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika
mendapat awalan me- atau pe-. padahal, menurut kaidah baku
bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Dibawah ini dibedakan bentuk
salah dan bentuk benar dalam pemakaian
sehari-hari.
a.
Eksistensi Indonesia sebagai
Negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan. (salah)
b.
Eksistansi Indonesia sebagai Negara penyuplai minyak sebaiknya
dipertahankan. (benar)
c. Bangsa Indonesia mampu mengkikis habis paham komunis sampai keakar-akrnya. (salah)
d. Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai keakar-akar. (benar)
Kaidah
penyuluhan bunyi s, k, p, dan t tidak berlaku pada kata-kata yang dibentuk
dengan gugus konsonan. Kata traktor
apabila diberi berawalan me-, kata
ini akan menjadi mentraktor bukan menraktor. Kata proklamasi apabila diberi berawalan me-, kata itu akan menjadi memproklamasikan.
6. Awalan
ke- yang keliru
Pada
kenyatan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi berawalan
ke-. Hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan dalam memilih awalan yang
tepat. Umumnya, kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda).
Dibawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.
a. Pengendara motor itu meninggal karena kertabrak
oleh metro mini. (salah)
b. Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak
oleh metro mini.(benar)
c. Dompet saya tidak kebawa karena waktu
berangkat, saya tergesa-gesa.(salah)
d. Dompet saya tidak terbawa karena waktu
berangkat, saya tergesa-gesa.(benar)
e. Mengapa kamu ketawa terus?(salah)
f. Mengapa kamu tertawa terus?(benar)
Perlu
diketahui bahwa awalan ke- hanya dapat menempel pada kata bilangan. Selain kata
bilangan, awalan ke- tidak dapat dipakai. Pengecualian terdapat pada kata
kekasih, kehendak, dan ketua. oleh sebab itu, kata ketawa, kecontol, keseleo,
ketawa, ketabrak bukanlah bentuk baku dalam bahasa indonesia. bentuk-bentuk
yang benar ialah kedua, ketiga, keempat, kesepuluh, keseribu, dan seterusnya.
7. Pemakaian
akhiran –ir
Pemakaian
akhiran –ir sangat produktif dalam
penggunaan bahasa indonesia sehari-hari. padahal, dalam bahasa indonesia baku,
untuk padanan akhiran –ir adalah –asi atau –isasi. Dibawah ini ungkapan bentuk yang salah dan bentuk yang
benar.
a. Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu.
(salah)
b. Saya
sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. (benar)
c. Sukarno-hatta memproklamirkan Negara republik
indonesia. (salah)
d. Sukarno-hatta memproklamasikan Negara republik
indonesia. (benar)
Perlu
diperhatikan ,akhiran –asi atau –isasi pada kata-kata lelenisasi, turinisasi, neonisasi, pompanisasi, dan koranisasi merupakan bentuk yang salah
karena kata dasarnya bukan kata serapan dari bahasa asing. Kata-kata itu harus
diungkapkan menjadi usaha peternakan
lele, usaha peternakan turi, usaha pemasangan neon, gerakan memasyarakatkan
radio, gerakan pamasangan pompa, dan usaha memasyarakatkan Koran.
8.
Padanan yang tidak serasi
Karena
pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan yang serasi, yang muncul dalam
pembicaraan sehari-hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi.
Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah
kalimat. dibawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar terutama dalam
memakai ungkapan penghubung antarkalimat.
a. Karena
modal dibank terbatas sehingga tidak
semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah)
b. Karena
modal dibank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (benar)
c. Modal dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (benar)
d. Apabila
pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh sdr. Daud.
(salah)
e. Apabila
pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh sdr. daud.
(benar)
f. Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh sdr. Daud.
(benar)
Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka,
dan walaupun dan tetapi. Penggunaan dua kata itu dalam sebuah kalimat tidak
diperlukan.
Bentuk-bentuk
lainnya yang merupakan padanan yang tidak serasi adalah disebabkan karena, dan lain
sebagainya, karena, maka, untuk….maka, meskipun. . . . tetapi, kalau . . . .
maka, dan sebagainya.
Bentuk
yang baku untuk mengganti padanan itu adalah disebabkan oleh,dan lain-lain,
atau dan sebagainya; karena/untuk/
kalau saja tanpa diikuti maka, atau
maka saja tanpa didahului oleh karena/untuk/kalau;
meskipun saja tanpa disusul tetapi atau tetapi saja tanpa didahului meskipun.
9. Pemakaian kata depan di ,ke
,dari ,bagi ,pada, daripada, dan
terhadap
Dalam
pemakaian sehari-hari, pemakaian di, ke,
dari, bagi, dan daripada, sering dipertukarkan. Dibawah ini dipaparkan bentuk
benar dan bentuk salah dalam pemakaian
kata depan.
a. Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati
rakyat. (salah)
b. putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat.
(benar)
c. Meja ini terbuat daripada kayu. (salah)
d.
Meja ini terbuat dari kayu. (benar)
10. Pemakaian Akronim(singkatan)
Kita
membedakan istilah ‘’singkatan’’ dengan ‘’bentuk singkat’’. Yang dimaksud
dengan singkata istilah PLO, UI, dan lain-lain. yang dimaksud dengan bentuk
singkat ialah lab (laboratorium), memo (memorandum) dan lain-lain. pemakaian
akronim dan singkatan dalam bahasa indonesia kadang-kadang tidak teratur.
Singkatan IBF mempunyai dua makna, yaitu internasional boxing federation dan
internasional badminton federation. oleh sebab itu pemakaian akronim dan
singkatan sedapat mungkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran
terhadap akronim atau singkatan itu. singkatan yang dapat dipakai adalah
singkatan yang sudah umum dan maknanya telah mantap. walaupun demikian ,agar
tidak terjadi kekeliruan kalau hendak
mempergunakan bentuk akronim atau singkatan dalam suatu artikel atau makalah
serta sejenis dengan itu, akronim atau singkatan itu lebih baik didahului oleh
bentuk lengkapnya.
11. Penggunaan
kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
Kata-kata
kesimpulan bersaing pemakaiannya
dengan kata simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan
kata putusan; kata pemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran
lalu, bentukan yang manakah yang sebenarnya paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya. apakah
yang tepat keputusan dan yang salah putusan, ataukah sebaliknya. mana yang
benar penalaran ataukah pernalaran; kata pemukiman ataukah permukiman?
Pembentukan
kata dalam bahasa indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten.
kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan-bentukan kata itu memiliki
hubungan antara satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat korelasi
diantara berbagai bentukan tersebut. Perhatikanlah, misalnya, verba yang
berawalan meng- dapat dibentuk
menjadi nomina yang bermakna ‘proses’ yang berimbuhan peng-an, dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakna ‘
hasil’ yang berimbuhan –an. Perhatikanlah
keteraturan pembentukan kata berikut.
Tulis,
menulis, penulis, penulisan, tulisan
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
Bawa,
membawa, pembawa, pembawaan, bawaan
Pakai, memakai, pemakai, pemakaian, pakaian
Pukul, memukul, pemukul, pemukulan, pukulan
Ada
lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut.
Tani, bertani, petani, pertanian
Tinju, bertinju, petinju, pertinjauan
Silat, bersilat, pesilat, persilatan
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman
Gulat, bergulat, pegulat, pergulatan
Kelompok
kata dibawah ini mengikuti cara yang lain.
Satu,
bersatu, mempersatukan, pemersatu, persatuan
Solek,
bersolek, mempersolek, pemersolek, persolekan
Oleh,
beroleh, memperoleh, pemeroleh, perolehan
Berdasarkan
kaidah diatas, bentukan-bentukan berikut dipandang kurang konsisten.
a. Karya ilmiah harus mengandung bab
pendahuluan, analisis,dan kesimpulan.
(kurang rapi)
b. Karya
ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan simpulan. (lebih rapi)
c. Sesuai dengan keputusan pemerintah, bea masuk
barang mewah dinaikkan menjadi 20%. (Kurang rapi)
d.
sesuai dengan putusan pemerintah, bea
masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%. (Lebih rapi)
e. Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan
pelayanan yang memuaskan. (Kurang rapi)
f. Petugas Puskesmas di sana kurang memberikan
layanan yang memuaskan. (Lebih rapi)
g. Paman saya sudah membeli rumah di pemukiman
Puri Giri Indah. (Kurang rapi)
h. paman saya sudah membeli rumah di permukiman
Puri Giri Indah. (Lebih rapi)
12. Penggunan kata yang hemat
Salah
satu cirri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaian bahasa yang hemat
kata, tetapi padat isi. Namun, dalam komunikasi sehari-hari sering dijumpai
pemakaian kata yang tidak hemat (boros). Berikut ini didaftar kata yang sering
digunakan tidak hemat itu.
Boros
Hemat
1. sejak
dari sejak
atau dari
2. agar
supaya agar
atau upaya
3. demi
untuk demi
atau untuk
4. adalah
merupakan adalah atau
merupakan
5. seperti
dan sebagainya seperti atau
dan sebagainya
Mari
kita lihat perbandingan pemakaian kata yang boros dan hemat berikut.
a. Apabila suatu reservoir masih mempunyai
cadangan minyak, maka diperlukan
tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (Boros, Salah)
b. Apabila suatu reservoir masih mempunyai
cadangan minyak, diperlukan tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih
besar. (Hemat, Benar)
c. Untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak
dan gas bumi di mana sebagai sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang
terampil di bidang geologi dan perminyakan. (Salah)
d.
Untuk mengeksplorasi dan
mengeksploitasi minyak dan gas bumi yang
sebagai merupakan sumber devisa Negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di
bidang geologi dan perminyakan. (Benar)
e. Karena sumber sembur alam mempunyai tekanan
yang tinggi sehingga mampu
mengalirkan fluida reservoir ke permukaan. (Boros, Salah)
f. Karena sumber minyak sembur alam mempunyai
tekanan yang tinggi, sembur alam tersebut mampu mengalirkan fluida reservoir ke
permukaan. (Hamat, Benar)
13.
Anologi
Di dalam dunia olahraga terapat istilah petinju. Kata
petinku berkorelasi dengan kata bertinju. Kata petinju berarti ‘orang yang
(biasa) bertinju’, bukan ‘orang yang (biasa) meninju’.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang
sekelompok dengan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis,
dan peboling. Akan tetapi, apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama
dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta
bentukan seperti berikut ini.
Petinju ‘orang yang bertinju’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Peski ’orang yang berski’
Peselancar ’orang yang berselancar’
Pegolf ‘orang yang bergolf’
Petenis ‘orang yang bertenis’
Peboling ‘orang yangberboling’
Kata
bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf,
berterjun, bertenis, dan berboling bukan kata yang lazim. oleh sebab itu,
muncul kata
Peski
Peselancar
Pegolf
Petenis
Peboling
Pada dasarnya tidak
dibentuk dari
Berski (yang baku bermain ski)
Berselancar (yang baku bermain selancar)
Bergolf (yang baku bermain golf)
Bertenis (yang baku bermain tenis)
14.
bentuk jamak dalam bahasa indonesia
Dalam pemakaian sehari-hari kadang-kadang orang
salah menggunakan bentuk jamak dalam bahasa indonesia sehingga terjadi bentuk
yang rancau atau kacau. bentuk jamak dalam bahasa indonesia dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan
kata yang bersangkutan seperti:
Kuda-kuda
Meja-meja
dan
Buku-buku.
2) bentuk jamk dengan menambah kata bilangan
seperti :
Beberapa
meja,
Sekalian
tamu,
Semua
buku,
Dua
tempat, dan
Sepuluh
computer.
3) bentuk
jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti : para
tamu.
4) bentuk
jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti :
Mereka,
kita, dan
Kami,
kalian.
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cendrung
memilih bentuk jamak asimg dalam menyatakan jamak dalambahasa indonesia.
Dibawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asimg.
Bentuk jamak bentuk jamak
Detum data
Alumnus alumni
Alim ulama
Dalam
bahasa indonesia bentuk detum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk
tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap baku ialah bentuk alumni yang dipakai sebagai bentuk
tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua-duanya dianggap baku yang
dipakai masing-masing sebagai bentuk tunggal. Oleh sebab itu, tidak salah kalau
ada bentuk seperti :
Beberapa data,Tiga alumni, dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar