Minggu, 29 September 2013

.    PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
A.    PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
Pembelajaran kooperatif jenis Jigsaw adalah satu jenis pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw menggabungkan konsep pengajaran pada teman sekelompok atau teman sebaya dalam usaha membantu belajar. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Model jigsaw pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada klien. Klien mempunyai peran dan   tanggung jawab besar dalam penyelesaian masalah. Konselor  berperan sebagai fasilisator dan motifator. Tujuan model Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan bakat yang dimiliki oleh klien, ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam  yang tidak mungkin diperoleh klien  apabila klien mempelajari materi secara individual. Dalam metode Jigsaw ini siswa dibagi menjadi dua kelompok  yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli”.  Setiap siswa  yang ada dalam” kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam “kelompok awal”  ini kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam “kelompoka ahli” untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian kembali ke “kelompok awal”  untuk mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini siswa harus bisa mendapat kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui.
Pembelajaran model Jigsaw menuntut setiap klien untuk bertanggung jawab atas ke bagian pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lainnya.
B.     LANGKAH –LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW
Model pembelajaran jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Dan jika dalam bimbingan dan konseling berkaitan dengan teknik jigsaw yaitu membuat bimbingan kelompok sehingga dapat melibatkan seluruh klien dalam menyampaikan pendapatnya.
Teknik Jigsaw terdiri dari beberapa langkah yaitu:
Membagi topik dalam beberapa bagian (sub topik).
Membentuk kelompok asli, Membagi klien ke dalam kelompok-kelompok dengan cara heterogen. Menugaskan setiap klien dalam kelompok untuk menyampaikan pendapatnya. satu sub topik pelajaran. Memberi siswa waktu untuk mempelajari apa yang menjadi bagiannya.
Membentuk kelompok ahli (expert) sementara, yaitu siswa yang memiliki bagian sub topik yang sama membentuk kelompok ahli.
Pada tahap ini diberi waktu kepada kelompok ahli ini untuk mendiskusikan konsep-konsep utama yang ada dalam topik bagiannya  dan berlatih menyajikan topik yang dipelajari tersebut kepada temannya dalam kelompok asli.
Meminta siswa untuk kembali ke kelompok asli dan meminta setiap siswa untuk mempresentasikan topik hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergantian kepada anggota kelompok asli.  Siswa lain diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. Guru mengelilingi satu kelompok ke kelompok lain untuk mengamati proses. Guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman dari hasil diskusi kelompoknya dan menyuruh perwakilan kelompok untuk menyampaikan kesimpulan diskusi.
Pada akhir pelajaran, Guru mengadakan kuis secara individual. hasil nilai yang diperoleh tiap anggota kelompok dikumpulkan, kemudian dirata-rata dalam kelompok untuk menentukan predikat kelompok. dalam menjawab kuis, anggota tidak boleh saling membantu . Perubahan skor awal (base score) individu dengan skor hasil kuis disebut skor perkembangan
C.     TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN  REPUBLIK INDONESIA  NOMOR 54 TAHUN 2013