Sekitar dekade 50-an, khususnya masyarakat Amerika dan Eropa, menyebut
setiap tulisan dalam media cetak dengan sebutan article. Saat itu tidak ada perbedaan yang
berarti antara tulisan opini, feature,
mterpretative, news, esai, straight news, sport news dan hard news.
Belakangan, pengertian artikel menjadi semakin terfokus. Beberapa
pengertian itu diantaranya :
Dalam Ensiklopedia Pers Indonesia (Gramedia, 1991:14) dan dalam
ensiklopedia Indonesia (Ichtiar Baru, 1984:273) disebutkan bahwa artikel adalah
karangan prosa dalam media masa yang membahas pokok masalah secara lugas. Dari
segi bentuk tak berbeda dengan esai namun ia bukan esai karena sifatnya tidak
pribadi dan cakupnya sangat luas. Terlebih artikel tidak terlalu memperhatikan
keindahan bahasa dan bentuk. Panjangnya bervariasi, dimaksudkan untuk
menyampaikan gagasan atau fakta dengan tujuan meyakinkan, membujuk, menghibur
pembaca. Yang penting dalam artikel adalah isi yang benar dan aktual, susunanya
rapi, dan hemat dengan kata-kata.
Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:49) disebutkan bahwa artikel adalah karya
tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya.
Andrian Room
dalam Dictionary of ChangesMeaning
(London, 198:28) mengatakan bahwa artikel mula-mula berasal dari bahasa inggris
abad ke tiga belas dalam Clause of
TheApostles dengan arti yang sama dalam Tiga Puluh Sembilan Artikel yang
termasuk dalam doa gereja inggris. Pada abad ke empat belas, artikel berarti
saat ata kejadian yang tepat pada waktunya sebagaimana yang terdapat dalam The Article of Temptation dan The Article of
Necessity.
Sedangkan pada abad ke lima belas artikel sering kali digunakan dalam hal
perniagaan dan perdagangan.
Pada konteks inilah seorang Shakespeare dalam Hamlet (1602) mengatakan bahwa
gagasan adalah jiwa dari artikel.
Dalam The America Heritage Desk Dictionary (Boston, 1981:59) dikatakan
bahwa artikel adalah bagian tulisan non fiksi yang berbentuk bebas, bagian dari
penerbitan seperti laporan dan esai.
Dalam Longman Pitman Office Dictionary (1989:41) dikatakan artikel adalah
sebuah tulisan prosa non fiksi, berbentuk biasa, bagian bebas dari sebuah
majalah, koran, dan lain-lain.
Dalam Essential English Dictionary (London, 1989:39) dikatakan bahwa
artikel adlah tulisan lengkap dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya.
Dalam Webster’s Collegiate Thesaurus
(Massachusets-USA, 1988:47) diteangkan bahwa artikel adalah karangan, catatan,
kritik, manifes, reportase, putusan, pelajaran, survey.
Dalam Webster’s New World Dictionary (New York,
1990:26) dikatakan bahwa artikel adalah tulisan non fiksi, biasanya singkat dan
lengkap seperti berita karangan khas dalam surat kabar, majalah.
Dalam Penguin English Student Dictionary (1991:31)
disebutkan bahwa artikel adalah sebuah tulisan yang ditulis untuk
dipublikasikan dalam surat kabar atau majalah.
Sedangkan menurut Rillan E. Wolseley meyakinkan,
dalam understanding Magazines (Iowa, 1969:439) artikel adalah karangan tertulis
yang panjangnya tak tentu bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta dengan
maksud meyakinkan, mendidik atau menghibur.
Dalam teknik penulisan feature (Gramedia, 1994) Andi
Baso Mappatoto (dengan mengutip pendapatnya Malvin L. DeFleur, Stephen
Engleberg, dan Geordie Greig) merumuskan artikel sebagai:
1. karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar, dan
sebagainya
2.
tulisan non fiksi, biasanya singkat dan lengkap, seperti berita dan karkhas
(karangan khas) dalam surat kabar atau majalah.
3. karangan tertulis yang panjangnya tak tentu bertujuan
untuk menyampaikan gagasan dan fakta dengan maksud untuk meyakinkan, mendidik,
atau meghibur.
A. Ide Dalam Artikel
Sebuah tulisan
pada dasarnya merupakan ungkapan ide atau gagasan yang dituangkan kedalam
bentuk untaian kata, kalimat dan paragraf, yang dikemas berdasarkan kerangka
berfikir dan analisis tertentu, dengan gaya bahasa yang mudah dipahami.
Ide dasar bisa berasal dari pengalaman sendiri, fenomena yang muncul
ditempat bekerja, lingkungan, dari buku atau sumber bacaan lainnya, atau dari
hasil perenungan sendiri. Baru kemudian disimpulkan, apakah masalah itu penting
kita kemukakan?
Setelah pokok permasalahan itu di-ketemukan, kemudian dianalisis
berdasarkan kerangka tertentu, baik menggunakan kerangka berpikir induksi atau
deduksi. Dari persoalan yang bersifat umum ke khusus, atau justru dari yang
bersifat khusus ke yang bersifat umum.
Kecakapan teknis dalam menyusun kata kalimat dan paragraf sama pentingnya
dengan kecakapan mendiagnosis dan menganalisis persoalan yang kita angkat.
Sedangkan model penulisan, biasanya dikenal ada tiga, yakni tulisan yang
berbentuk naratif, deskriptif, dan model argumentatif.
Namun perlu dicatat, dalam dunia artikel, hingga kini tidak ada patokan
yang baku terutama menyangkut gaya penulisan sebab masing-masing penulis
tentunya mempunyai gaya,ciri, dan karakter tertentu dalam proses kreatif
menulis hanya saja, secara subtantif,ada empat pokok penting yang patut
diketahui ketika hendak menulis sebuah artikel. Pertama, sumber-sumber subyek
persoalan. Kedua, ide-ide segar dan informatif. Ketiga, fakta yang bisa dipercaya
dan aktual. Keempat, gaya penulisan yang memikat.
B. Langkah-langkah Menulis Artikel
1. Meracik
Judul
Sering kita temui sebuah problematika: sebuah tulisan
selesai dibuat namun kerapkali seorang penulis kesulitan membuat judul. Artinya, tidak jarang judul dibuat setelah sebuah
tulisan dibuat. Atau sebaliknya, judulnya sudah ada namun ” mentok ” tidak bisa
menjabarkannya.
Sebagai bagian dari sebuah proses hal itu memeng
lazim terjadi.karena itulah, keterampilan meracik judul merupakan salah satu
tuntutan yang harus dikuasai seorang calon penulis. Sebab, judul, untuk sebuah
tulisan, merupakan hal pertama yang akan dibaca. Maka dengan demikian, harus
terus dipupuk keterampilan ini dengan cara melatih diri membuat judul.
Judul, dengan demikian, menjadi penting bagi penulis agar fokus
perhatiannya tidak merambah kemana-mana. Ini perlu dicamkan karena ketika
proses menulis dilkukan, terkadang, secara tiba-tiba, seorang penulis
”diganggu” oleh tema atau topik lain, yang pada akhirnya akan memecah
konsentrasi. Akibatnya, proses menulis tidak selancar sebagaimana yang
diharapkan.
Judul harus menjadi bagian
pertama yang berfungsi sebagai ”pemancing” (berdaya-pikat) bagi calon pembaca.
Judul harus menggambarkan (mewakili) keseluruhan sebuah tulisan. Karena judul
merupakan etalase pertama untuk sebuah tulisan maka sekali lagi judul harus
dapat menjadi mangnet atau memiliki gaya gugah bagi setiap calon pembaca. Judul
harus memiliki kekuatan agar calon pembaca menjadi tertarik dan berhasrat membca
tulisan yang disajikan.
Berhubung judul merupakan
bagian integral dari sebuah tulisan maka kita pun harus paham bahwa tulisan
harus memiliki ”jiwa” atau memiliki kekuatan. Tulisan tanpa jiwa ibarat manusia
tanpa ruh.
2. Meramu Intro
Intro atau lead atau alinea pertama atau paragraf
pertama dalam sebuah tulisan, merupakan bagian yang biasanya paling sering
dibaca setelah judul. Itulah sebabnya mengapa kemampuan meramu intro dalam
sebuah tulisan demikian penting.
Langkah
berikutnya, yang harus dikuasai oleh setiap calon penulis adalah kemahiran
meramu intro. Sebab, kalau judul sebuah tulisan sudah menarik minat calon
pembaca, biasanya sang calon pembaca akan membaca paragraf pertama (intro) dari
tulisan itu. Jika alinea
pertamanya dirasa menarik biasanya tulisan itu akan dibaca.
Macam intro
(bahkan untuk alinea-alinea berikutnya) yang lazim digunakan adalah :
a. Intro Deduktif
b. Intro Induktif
c. Intro Induktif –Deduktif
d. Intro Ringkasan
e. Intro Deskriftif
f. Intro Kutipan
g. Intro Naratif
h. Intro Pertayaan
i. Intro pemantik
3. Mengelola Tubuh
Tubuh sebuah tulisan merupakan penjabaran
atas apa yang tersurat (atau bahkan yang tersirat) dari judul atau intro.
Maksudnya kalau judul bercertita tentang ”rasa jenuh”, maka intro dan tubuh
tulisan pun harus konsisten membicarakan soal ”rasa jenuh”. Konsistensi
terhadap persoalan agar tetap fokus, untuk itu anda harus membuat anatomi alur
pemikiran.
Ada skema yang
akan membantu anda agar tetap fokus pada persoalan: gunakanlah pohon faktor! Seperti pada tema sentral kemudian ”dipecah” rmenjadi
beberapa tema. Dan tema sendiri kemudian ”dipecah lagi” menjadi beberapa
subtema. Begitu
seterusnya, sehingga kalau digambarkan tampak seperti gambar pohon faktor.
Beberapa tema dan subtema ini kemudian akan membantu (menjadi semacam pemandu)
anda dalam membuat untaian kalimat kedalam beberapa paragraf. Sedapat mungkin
tubuh tulisan harus menjabarkan secara dialektis apa yang hendak dikemukakan
oleh penulis, secara runut, argumentatif
obyektif, dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Tubuh tulisan
yang terdiri dari gabungan beberapa paragraf dimana masing-masing paragraf
berisi sebuah tema (atau subtema) bahasan, hanya akan menjadi manakala
penulisanya memiliki pengetahuan yang luas dengan ragam khazanah informasi.
Tanpa refrensi yang memadai, sebuah tubuh tulisan akan sulit dibuat. Itulah
sebabnya, bukan saja si penulis harus menguasai betul persoalan yang
ditulisnya, tetapi juga harus didukung oleh berbagai cakrawala pengetahuan dan
informasi yang bisa disajikan referensi guna menghidupkan sebuah tulisan. Dalam bahasa lain,
kebiasaan membaca dari seorang penulis akan menentukan tingkat ”
kehidupan” sebuah tulisan.
4. Menggagas
Ending
Sebuah tulisan
memang harus ditutup sememikat mungkin. Artinya, anda harus tahu betul kapan
sesunguhnya sebuah tulisan harus diakhiri. Tidak ada aturan baku untuk sebuah
penutup tulisan. Bisa berupa
kesimpulan, atau sebuah pertanyaan susulan, atau mungkin saran. Karena hingga
buku ini dibuat tidak ada aturan baku bagaimana membuat sebuah ending maka cara
yang paling mungkin dilakukan oleh setiap calon penilis adalah dengan
mempelajari berbagai ending dalam setiap artikel yang dibacanya.
Sebuah ending
bisa dimanfaatkan sebagai moment untuk menggugah ingatan para pembaca akan
pernyataan yang kita buat sehingga setiap pembaca menjadi tahu bahwa gagasan,
peryataan, atau hipotesis itu merupakan buah pikiran kita selaku penulis.
Penutup disini lebih berkonotasi sebagai semacam catatan khusus sehingga,
alangkah baiknya, apabila kemudian mengantarkan para pembaca kepada alam kebebasan dalam
mengapresiasi tulisan yang kita buat.
Mengantarkannya kedunia imajinasi, atau boleh jadi juga, mengantarkan
pembaca kepada gerbang sesuatu yang baru yang membangkitkan kretifitas
berfikirnya.
5. Editing
Editing atau dalam
istilah lain penyuntingan, merupakan sebuah proses yang seyongianya dikuasai
oleh seorang (calon) penulis. Dalam dunia tulis menulis ada ungkapan,
sebelumnya tulisan yang kita buat diedit oleh orang lain maka kita sebaiknya
menjadi pihak pertama yang menjadi editor untuk tulisan yang kita buat. Memang,
ada ilmu tersendiri untuk melakukan editing. Namun sebagai pengetahuan awal,
bisa dikatakan bahwa editing merupakan proses penyempurnaan dari sebuah naskah
tulisan, baik dari sisi teknis maupun non teknis.
Dalam sebuah
proses penyuntingan yang harus diutamakan adalah:
a.
Penyuntingan esensi (content) tulisan.
Penyuntingan
esensi ini menyangkut: kedalam makna dan obyektivitas isi sebuah tulisan. Apakah esensi tulisan yang sudah
dibuat memang memilki makna yang bisa bermanfaat (ada hal-hal baru) yang patut
diketahui para pembaca atau sebaliknya? Isi tulisan harus tidak berpihak alias obyektif rasional dan argumentatif.
b.
Penyuntingan teknis.
Penyuntingan
secara teknis ini menyangkut: apakah bahasa yang digunakan bisa sampai kepada
pembaca atau tidak?
Apakah
sistematika tulisan sudah sesuai dengan kaidah atau standar bahasa indonesia yang baik?
Apakah secara
keseluruhan naskah tulisan sudahn jadi satu kesatuan yang utuh atau tidak?
Logika paragraf
yang digunakan, apakah sudah memenuhi kaidah SPOK (subjek, predikat, objek),
penggunaan tanda baca yang tepat, dsb. Logika bahasa dan alur narasi yang dibuat sudah
pada tempatnya atau belum? Perhatikan dengan seksama, apakah ada salah mengetik
huruf atau tidak, salah mengetik tanda baca atau tidak? Salah menulis nama
orang, nama tempat, atau tidak? Dan seterusnya.
6. Mengirimkan Tulisan
Proses berikutnya, setelah sebuah tulisan selesai
diedit adalah mengirimkanya kemdia massa yang kita kehendaki. Namun sebelum
itu, harus diketahui terlebih dahulu, ke mana tulisan yang kita buat akan
dikirimkan. Hal ini penting sebab setiap koran atau majalah memiliki karakter
dan sagmentasi pasar tersendiri. Kita harus paham betul,tulisan yang kita buat cocoknya dikirim ke media
mana. Alangkah baiknya Anda mengenal siapa penangungjawab rubriknya. Sambil
bersilahturahmi Anda bisa mencari masukan dari penanggungjawab ruplik tersebut.
Tetapi bisa juga mengirimkanya melalui pos atau faksimili (bahkan di antaranya bisa
melalui e-mail).
Apabila kita hendak mengirimkan sebuah naskah tulisan
kepada sebuah media massa, maka yang harus diperhatikan adalah:
a. Kenali karakter (gaya) penulisan media massa yang
hendak kita kirimi tulisan. Hal ini penting diketahui agar tulisan yang kita
kirimkan tidak salah sasaran. Terutama karena masing-masing media cetak biasanya memilki gaya selingkung
yang berlainan.
b. Kenali segmentasi pasar media massa tadi. Hal ini dikarenakan bahwa masing-masing media massa
(cetak) memilki target market tertentu. Artikel yang mengangkat tema remaja
lebih baik dikirimkan kepada media yang memang segmen pasalnya para remaja.
Begitu juga dengan artikel dengan tema politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum,
kriminal, seyogianya dikirimkan kepada media massa yang sesuai dengan orientasi
pasarnya.
c.
Usahakan tahu nama penanggung jawab
rubriknya agar lebih muda kepada siapa artikel yang kita buat ditujukan. Maka
yang penting tercantum dalam amplop adalah: tulian yang kita buat ditujukan
untuk rubrik apa.
d. Cantumkan nama rubrik di sudut kiri atas amplop. Jangan
lupa tulis nama pengirim dan alamat yang jelas.
e. Jangan lupa pula menyertakan surat pengantar yang
ditujukan kepada desk/redaktur yang
tepat (contoh surat pengantar, terlampir).
f. Sertakan pula
copy Kartu Identitas diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar