Rabu, 01 Mei 2013

BUTIR-BUTIR PANCASILA



Isi butir butir pancasila
1.         Ketuhanan Yang Maha Esa




1.      Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.      Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4.      Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5.      Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6.      Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7.      Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

1.        Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

1.      Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3.      Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4.      Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5.      Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6.      Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7.      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8.      Berani membela kebenaran dan keadilan.
9.      Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10.  Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

2.        Persatuan Indonesia

1.      Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2.      Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3.      Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4.      Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5.      Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
6.      Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7.      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

3.        Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

1.      Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2.      Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.      Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.      Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.      Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6.      Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7.      Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8.      Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9.      Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10.  Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

4.        Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1.      Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.      Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3.      Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.      Menghormati hak orang lain.
5.      Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6.      Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7.      Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8.      Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9.      Suka bekerja keras.
10.  Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11.  Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Asal-usul Lambang Negara Kita (Garuda Pancasila)
APA lambang Negara Republik Indonesia? Ya betul, BURUNG GARUDA. Mengapa Negara kita menggunakan lambing Negara seperti itu? Sejak kapan kita menggunakan lambang Negara tersebut? Apa saja arti dari Lambang Negara RI itu?
Burung garuda berdekatan dengan burung elang Rajawali. Burung ini terdapat dalam lukisan di candi-candi Dieng yang dilukiskan sebagai manusia berparuh dan bersayap, lalu di candi Prambanan, dan Panataran berbentuk menyerupai raksasa, berparuh, bercakar dan berrambut panjang.
Beberapa kerajaan di pulau jawa menggunakan Garuda sebagai materai/stempel kerajaan, seperti yang disimpan di Musium Nasional, adalah stempel milik kerajaan Erlangga.
Burung Garuda ditetapkan sebagai lambang Negara RI sejak diresmikan penggunaannya pada 11 Februari 1950, dan dituangkan dalam Perautan Pemerintah no 66 tahun 1951. Penggagasnya adalah Sultan Abdurrahman Hamid Alkadrie II atau dikenal dengan Sultan Hamid II, yang saat itu sebagai Mentri Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
Garuda itu adalah seekor burung yang hidup dalam dunia khayalan, terutama dalam perwayangan. garuda dianggap mulia karena memiliki kekuatan dan kecantikan parasnya. Sehingga banyak yang menggunakannya dalam berbagai kegiatan yang dianggapnya menunjukkan sebuah power dan tentunya kebebasan karena garuda bebas bisa terbang ke mana saja.
Cerita garuda bisa jadi lambang negara adalah benar kalau itu ada pengaruh sultan hamid 2 yang cenderung, dulunya memihak belanda (ingat dia ketua BFO=perserikatan negara2 non-RI setelah agresi militer belanda 1). Namun setelah dia diangkat menjadi salahsatu pejabat negara, sebagai wakil yang memiliki pengaruh di Indonesia bagian Timur, beliau ikut sebuah sayembara yang dikeluarkan Pres. Soekarno untuk menemukan sosok lambang negara. RI 5 tahun tanpa lambang!….
3 tahun lalu, ketika menjelang HUT RI ke 60, di SCTV saya nonton cerita seorang yang meneliti tentang asal-usul lambang negara ini. Penelitian ini adalah thesis S2 di UGM (?). Dari sekian gambar yang masuk, dipilihlah burung garuda ini (peserta harus menyematkan 5 pilar/sila yang dikenal sebagai Pancasila). Dari gambar burung purba sampai garuda diperlihatkan dalam siaran tersebut. Saya hafal banget, karena memang mencari jawaban tanya selama ini: siapa yang menggagas lambang RI?, banyak yang bilang Moh. Yamin, namun ternyata usulan Moh. Yamin, ditolak Pres. Soekarno. Penasaran ini terjawab sudah, karena di buku jarang banget yang bahas, sama sebelum tahun 2000-an, bila mencari siapa yang menggagas nama Indonesia….
Kisah Garuda
Garuda muncul dalam berbagai kisah yang melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, dan disiplin. Pada tradisi Bali, Garuda dimuliakan sebagai “Tuan segala makhluk yang dapat terbang” dan “Raja Agung Para Burung”. Mirip penggambaran Simurgh Yang Agung, Raja para burung,  dalam Kisah Musyawarah Burung karangan seorang Sufi Agung, Faridu ‘Din Attar
Versi Mahabharata
Sejarah keberadaan Garuda yang paling mendetail ditemukan dalam mitologi Hindu dan juga kisah Mahabarata, lebih tepatnya bagian pertama yaitu Adiparwa juga di kitab Asatadasaparwa, Wrhatkatha, serta Garudamahapurana.
Dikisahkan hiduplah seorang pria bernama Begawan Kasyapa, putra dari begawan Marici, cucu dari Dewa Brahma. Kasyapa diberikan berkah oleh Begawan Daksa berupa 14 orang istri, dimana dua diantaranya adalah Winata dan Kadru. Sayangnya kedua putri tersebut belum memiliki keturunan dalam jangka waktu yang lama. Mereka berdua akhirnya memohon berkat dari Begawan Kasyapa; Kadru memohon untuk diberikan 1000 telur, sedangkan Winata hanya memohon 2 butir telur saja. Kedua putri tersebut merawat telur mereka masing-masing dengan baik. 1000 butir telur milik Kadru menetas dan melahirkan ras para Naga. Sementara telur Kadru sudah menetas semua, telur Winata belum juga menetas. Karena tidak sabar maka Winata kemudian memecahkan telurnya sendiri. Ketika dipecahkan, muncul seorang anak yang tubuhnya belum lengkap sehingga ia pun marah karena ditetaskan sebelum waktunya. Anak yang diberi nama Aruna karena tidak memiliki kaki dan paha itu mengutuk ibunya sendiri untuk menderita sebagai budak dari Kadru dan diperlakukan secara semena-mena. Tapi Aruna juga memberikan berkat bahwa hanya saudaranya sendiri (yang belum menetas) yang dapat membebaskan penderitaan sang ibu
Setelah 500 tahun, Ketika telur lainnya menetas, muncul sebuah cahaya yang sangat terang sekaligus sangat panas. Para dewa mengira cahaya tersebut adalah perwujudan dari Agni sang dewa api. Khawatir akan merusak jagad akan panas yang tidak tertahan maka para dewa memohon pada cahaya tersebut untuk mengecilkan diri. Tidak lama kemudian muncullah sesosok tubuh dengan kepala elang, bertubuh manusia namun bersayap, memiliki wajah berwarna putih, sayap merah dan tubuhnya berwarna keemasan. Sejak saat itulah Sang Garuda pun terlahir ke dunia.
Suatu hari Winata dan Kadru mendengar kabar mengenai keberadaan seekor kuda mistis bernama Uccaihsrawa. Winata mengatakan tubuh kuda tersebut seluruhnya putih, sedangkan Kadru berpendapat ekor kuda tersebut hitam. Akibat perbedaan opini itu maka keduanya sepakat untuk melakukan taruhan: siapa yang kalah akan menjadi budak yang menang. Ketika pulang, Kadru menceritakan taruhannya dengan Winata kepada anak-anaknya. Betapa kagetnya ia ketika anak-anak Kadru mengatakan bahwa ibunya sudah pasti kalah karena warna kuda Uccaihsrawa memang seluruhnya putih. Cemas akan kekalahan yang bakal ia alami, Kadru mengutus anak-anaknya untuk memercikkan bisa mereka ke ekor kuda Uccaihsrawa agar berwarna hitam. Tak bisa menolak perintah dari ibunda, anak-anak Kadru pun melakukan titah tersebut dan mengubah warna ekor kuda Uccaihsrawa menjadi hitam. Mereka yang menolak menuruti kemauan sang ibu, merasa amat sedih dan bertapa mohon keselamatan dari Yang Maha Kuasa. Keesokan harinya Kadru berhasil memenangkan taruhan meski dengan jalan curang, dan Winata pun menjadi budak Kadru
Garuda paham bahwa dirinya harus berterima kasih kepada Sang Ibunda, yang telah mengandung dirinya dan menyebabkan dirinya lahir ke dunia. Genetik kedua ayah dan ibunya membuat dia menjadi perkasa. Dia mencari sang ibunda ke pelosok dunia. Dan akhirnya mengetahui bahwa sang ibunda menjadi budak perawat para ular di samudera. Garuda berusaha sekuat tenaga membebaskan, akan tetapi para ular dan naga mempertahankannya. Garuda bertanya apa syaratnya untuk membebaskan sang ibunda. Para ular dan naga meminta “tirta amerta”, air yang membuat “a-merta”, tidak mati, hidup abadi selamanya.
Garuda berupaya sungguh-sungguh untuk mendapatkan tirta amerta. Segala halangan dan rintangan dilewatinya. Sri Wisnu pemilik tirta amerta melihat kesungguhan dalam diri Garuda. Garuda dipersilakan minum tirta amerta, tetapi Garuda dengan sopan menolaknya. “Hamba tidak berani menolak anugerah Gusti, tetapi mohon diberikan dalam bentuk lainnya, tirta amerta kami butuhkan untuk melepaskan perbudakan Ibu hamba. Gusti telah memahami keadaan Ibu hamba”. Sri Wisnu amat berkenan dengan sopan santun dan etika Garuda. Sri Wisnu memberikan tirta amerta dan minta datang kepadanya setelah selesai urusannya.
Di tengah perjalanan, Dewa Indera menghentikan, dan kemudian berpesan, agar tirta amerta diberikan, setelah Dewi Winata dibebaskan, agar dia tidak terpedaya ulah para ular dan naga yang penuh ketidakjujuran.
Selanjutnya Garuda minta Dewi Winata dibebaskan, para ular dan naga diminta membersihkan diri dari ketidakjujuran yang telah mereka lakukan sebelum meminum air Amerta yang memberi keabadian hidup. Para ular dan naga memenuhi permintaan, Dewi Winata dibebaskan, mereka membersihkan diri dan bertobat dari semua tindakan.
Ketika mereka sedang membersihkan diri, tirta amerta direbut para dewa, sehingga para ular dan naga tak dapat hidup abadi. Disana hanya tertinggal ilalang pengikut kendi. Sisa air Amerta di ilalang itu, kemudian dijilati para ular dan naga. Karena ilalang tersebuttajam, lidah naga tersayat tepian ilalang dan akhirnya menjadi bercabang dua tapi kemudian para ular dan naga menjadi awet muda, mereka dapat berganti kulit, dapat meremajakan diri, tetapi tetap akan mati. Hukum sebab-akibat berjalan sangat rapi.
Akhirnya, Sang Garuda pamit kepada ibundanya untuk menghadap Sri Wisnu. Garuda tidak minta apa pun juga, pasrah pada Kehendak Ilahi. Sri Wisnu berkenan menjadikan Garuda menjadi kendaraan pribadi. Bukan sekedar tirta amerta yang membuat tidak bisa mati, tetapi anugerah untuk menyatu dengan Illahi.
Burung Garuda Menghadap Ke Kanan
kepala burung garuda menghadap kekanan, kanan mengandung arti kebenaran dan kebaikan.warga indonesia selalu terarah untuk berbuat baik dan benar. lihat di lambang negara malon 2 harimau yang berhadapan, satu menghadap kanan dan yang satu menghadap kiri. menunjukkan sifat malon yang serba bimbang dalm segalanya : bimbang antara kebenaran ( kanan ) dan kebatilan (kiri), bimbang mau merdeka atau mau tetap dibawah ketiak inggris, bimbang mau menjalankan syariat islam dengan sebenarnya atau tidak, karena mengaku negara islam tapi judi, alkohol dan prostitusi dihalalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar